Rabu, April 30, 2008

TERLAMBATKAH SAYA MEMASUKI DUNIA COPYWRITING?

Pertanyaan arie ini segera menginspirasi saya untuk menulis postingan hari ini. Thanks arie!

Usia.. usia.. kenapa sih itu selalu dijadikan hambatan dan alasan? Sedangkan pendiri mustika ratu saja memulai bisnis di usia 40, dan tetap memimpin perusahaanya hingga kini berusia 80.

Di dunia swasta, performa lebih menentukan dari apa pun, termasuk penampilan, usia, bahkan pendidikan. Jadi, kalau kita punya kelemahan di satu fihak, maka pompalah performa anda! Tunjukkan kualitas kerja, kualitas hasil, dan segala dogma yang mengkungkung pun akan segera sirna!

Di dunia periklanan, banyak praktisi gaek berusia ‘pasca pensiun’ masih banyak berkiprah. Kenapa? Karena performa mereka tak bisa digantikan – apalagi disalib- oleh yang masih muda. Hei! Ini dunia kreatif lho! Dunia dimana mereka yang tetap bisa berkreasi lah yang akan bertahan – no matter what…

Kalau ada yang menganggap usia kepala 3 sudah ‘terlambat’ untuk memulai sesuatu yang bary, saya speechless deh. Sebab bagi saya, ada 2 macam usia: usia kronologis dan biologis. Kronologisnya boleh 60 tahun, tapi kalau biologisnya masih 30 tahun? Performanya, ide-idenya, kreativitasnya, kesehatanya masih 30 tahun? Siapa yang tak mau bekerja dengan orang seperti ini? Plus bonus kematangan dalam berfikir, lagi!

Tentu saja, kalau kita melakukan ‘start’ nya relative lebih lambat, ya harus nge gas yang kenceng dong! Belajar lebih keras, bekerja lebih keras, berusaha lebih keras.

Hehe, kembali ke analisa SWOT deh pokoknya.

Kalau usia anda adalah your only weakness, sedangkan your strength list-nya sampai 3 lembar, masak ngga kepake? Ngga mungkiiin…

Human resourch di bidang copywriting ini masih sangat, sangat, sangat sedikit… kenapa? Karena ngga ada sekolahnya! (maksud saya, pendidikan formalnya gitu loh…).
Bahkan lulusan ITKP saja, ngga memiliki pengetahuan cukup untuk bisa ‘langsung gawe’ jadi CW kok…

Nah, apakah tulisan ini motivating enough, Rie?

Selasa, April 29, 2008

50% OFF UNTUK PENGUNJUNG BLOG

Dear all,
karena proses cetak bukunya yang ngga memuaskan (lama dan hasilnya kabur), sementara sudah banyak teman-teman yang menanyakan buku ttg copywriting, maka saya putuskan untuk membuat web di mana orang bisa leluasa mendownload buku tsb. Jadi, buku ini sekarang tersedia berupa PDF file, yang di dalamnya ada gambar-gambar berwarna (versi cetaknya ngga berwarna).

Namun, karena untuk membuat web ini saya harus mengeluarkan dana yang lumayan, maka 'terpaksa' buku ini tidak bisa saya bagikan gratis. Terus terang, saya pun ngarang aja ketika bikin 'harga'.. jadi kalau ngerasa kemahalan atau kemurahan, please let me know?

Untuk menghormati pengunjung setia blog ini, saya berikan diskon 50%. Silahkan kirim email dgn subyek 'diskon buku', nanti saya beri akses khusus! (catt: tawaran ini hanya berlaku untuk 50 ORANG PERTAMA SAJA ya?)

Oh ya, buku ini memiliki 144 halaman dan belasan lampiran. Lampiranya berupa daftar agency beserta contact person-nya. Sengaja saya buat untuk mempermudah mereka yang akan terjun ke dunia per-copywriter-an.

Ada saran dan kritik? Silahkan...

Senin, April 28, 2008

BUKU TENTANG COPYWRITING BERBAHASA INDONESIA


Kemarin saya bertemu dengan anak lulusan luar negeri yang pernah belajar copywriting di luar sana. Dia menyarankan saya untuk membuat buku dalam bahasa Inggris saja, supaya pembacanya lebih luas, namun saya menolak. Bukan hanya karena bahasa Inggris saya ancur, namun juga karena alasan ini:
“Buku copywriting dalam bahasa asing sudah bejibun, saya pun dulu membaca buku-buku itu. Tapi dalam bahasa Indonesia? Masih sangat jarang (saya bahkan belum pernah tahu). Lagipula, the art of creating copy itu sangat beda dengan the art of designing yang notabene lebih universal sifatnya. Jadi, saya ingin focus memberi perhatian pada bidang copywriting di Indonesia saja.” Jawab saya
“0h, begitu ya? Saya baru tahu…kirain sama aja..copywriting di sini dan di sana!” begitu reaksinya.

Well. Ilmu dasar mengenai copywriting tentunya ya sama, wong kita ini belajarnya ya dari bule-bule itu je! Tapi.., ketika mulai ke tahap crafting.. waah.. bisa sangat berbeda! Sebab struktur kalimat dalam bahasa Indonesia itu kan kebalikan dari struktur kalimat dalam bahasa Inggris! Ya kan? Ingat Subyek-Predikat-Obyek? Menerangkan-diterangkan? Nah. Belum lagi kalau membahas kekayaan pepatah-petitih, soneta, prosa, pantun, peribahasa… gimana mo dibahas dgn bahasa lain..? Kosa katanya aja mereka ngga punya kaleeee!

Kebiasaan para copywriter lulusan luar (termasuk juga lulusan local yang terbiasa ber-english speaking di kantor) adalah, menciptakan dulu konsep atau bahkan judul dan slogan dalam bahasa Inggris terlebih dahulu. Ketika udah sounds good, eh, jadi bingung deh waktu mau terjemahin ke bahasa Indonesia. Lantas muncullah kalimat seperti ini:
“Damn! It was good, tapi kok jelek banget ya dalam bahasa…dasar ..xxxx (sensor)?!”
Ya iya lah…. Coba aja kerjain sebaliknya, coba deh terjemahin “Pria punya selera” ke dalam bahasa Inggris, atau “terus terang Philips terang terus” dalam bahasa asing, jadi aneh kan? Ngga ‘nggigit’ seperti aslinya.

Jadi, kalau saya baca artikelnya Mr. John Doe tentang “How to Create a Shocking Copy”, tentu tidak bisa dengan begitu saja secara harfiah saya terapkan dalam bahasa Indonesia.

Lagipula, saya ingin lebih memperkenalkan profesi copywriting kepada orang Indonesia. Soalnya, masih banyak yang malu kalau ditanya profesinya apa, dan dijawab penulis iklan, eh, orang ngga ngerti… (termasuk or-tu saya). Banyak orang ngga tahu bahwa dibalik penciptaan iklan yang ‘iritating’ itu ternyata ada pemikiran yang begitu luas dan mendalam mengenai berbagai bidang, dan melibatkan berbagai macam ilmu pengetahuan…(saya pun tercengang kok waktu tahu ternyata bikin iklan itu ga gampang!).
Nah, hal termudah untuk mencapai tujuan itu, ya tentunya kalau saya memperkenalkan copywriting dengan menggunakan bahasa Indonesia bukan?

Minggu, April 27, 2008

Teman handal dilupakan jangan


Inilah benda berharga sang copywriter.
Benda yang wajib dimiliki copywriter selain pena dan buku catatan kecilnya.
Benda yang setia menemani sang copywriter saat komat-kamit sendirian menghitung durasi naskah iklan TV atau radionya.

Stopwatch. Teman handal dilupakan jangan.

Nge-bunglon, siapa takut?


Dalam kehidupan sehari-hari, disebut-sebut bersifat bunglon adalah hal yang negatif, bukan? Tapi begitu Anda menjadi copywriter, memiliki sifat bak bunglon adalah hal yang positif lho!

Bunglon terkenal karena kemampuannya untuk berubah warna, menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Nah, copywriter juga harus mampu menjadi bunglon. Mengapa? Karena kita harus mempunyai kemampuan gaya bahasa yang berbeda untuk disesuaikan dengan target konsumen. Kalau kita harus "berbicara" dengan konsumen remaja, pakailah gaya bahasa ala remaja. Kalau sasaran "dagangan" kita berikutnya adalah untuk para ibu rumah tangga, ya jangan bergaya bahasa ala pekerja perbankan.

Mengapa kita harus bisa jadi bunglon? Maksud dan tujuannya sederhana saja kok...
Supaya iklan kita "kena" di sasaran, supaya iklan kita bisa lebih dekat di hati konsumen. Rebutlah perhatian konsumen Anda dengan bergaya bicara yang dekat dengan keseharian mereka pula. Manfaatkan kosa kata yang umumnya dikenal target konsumen kita.

Gaya bahasa terbagi antara formal dan non formal alias bahasa sehari-hari. Nah, dalam bahasa iklan atau copywriting, umumnya yang kita gunakan adalah bahasa sehari-hari yang tentunya tetap sopan dan jauh dari SARA. Saya menyebutnya "bahasa hati" karena gaya bahasa yang kita pakai sebaiknya bisa membahagiakan hati konsumen kita. Kalau hatinya bahagia, semoga dengan mudah dia pun akan tergerak untuk membeli "dagangan" kita.

Bagaimana cara memperkaya gaya bahasa kita? Yang sudah pasti adalah banyaklah membaca. Baca apa saja, mulai dari buku bermutu sampai tabloid kacangan. Lalu dengarkan radio khusus untuk remaja atau ibu-ibu, bergaullah dengan berbagai kalangan masyarakat, hadiri focus group discussion ketika klien kita mengadakan riset produk mereka. Pantau trend kata-kata di masyarakat. Semakin luas wawasan kita, kemampuan gaya bahasa kita pun semakin beragam.

So mariiiiiii... nge-bunglon, siapa takut?*



*Tulisan ini terinspirasi oleh tagline ciptaan seorang teman saya (saya modifikasi sedikit sesuai konteks di sini). Terima kasih juga untuk Nala Rinaldo - Art Director saya tercinta yang juga mengingatkan saya untuk tidak takut jadi "bunglon" saat berkarya.

Kamis, April 24, 2008

TIPS SUKSES JADI COPYWRITER

Postingan ini adalah untuk Anieq Fardah, seorang ibu rumah tangga di Jatim yang ingin menjadi CW... semoga membantu!

Bagaimana caranya, agar anda bisa sukses mencapai cita-cita menjadi seorang copywriter? Hehe.. ada ya yang bercita-cita menjadi copywriter? Apa profesi ini sudah seterkenal itu sih? Semoga aja!

Yang pertama kali dibutuhkan untuk menjadi seorang CW, ya tentunya memiliki kemampuan olah kata (wording power) yang baik. Namun lebih dari itu, seorang CW dituntut untuk memiliki juga kemampuan berfikir logis dan analitis, serta memiliki kemampuan untuk menyampaikan pendapatnya (punya kecerdasan verbal) dengan baik pula.

Weleh…!

Ya, betul. Dulu saya pernah meng-hire seorang writer yang menurut saya sudah memiliki segalanya. Namun baru sebulan, di aminta pindah jadi produser (kebetulan waktu itu kita punya departermen produser). Waktu saya tanya kenapa, dia jawab: saya stress mbak kalau disuruh presentasi…! Saya lebih suka kerja di lapangan…!

Wadaoooow..!

Nah, pagi para CW wannabe, perlu diketahui ya.. menjadi CW itu tidak hanya harus jago nulis, tapi juga jago debat (mempertahankan ide), serta jago presentasi (meyakinkan audience). Kalau anda hanya senangnya menulis saja tapi ‘males’ gaul dengan orang… sepertinya jabatan CW ngga akan memuaskan jiwa anda. Mungkin lebih baik berkarir sebagai penulis fiksi atau puisi? Itu bidang yang purely art…

Jadi CW juga berarti harus punya mental baja ketika dikritik, dikecengin (atau dikacangin ?), dan tidak mudah menyerah, patah hati, apalagi kecil hati. Ngga gampang jatuh mental. Kalau mental jatuh, harus mau cepat-cepat diambil lagi.

Bayangkan. Suatu saat saya pernah presentasi script radio ke salah satu Marketing Manager-nya Unilever dan dia berkomentar: I think this is not creative at all! Ampuun… rasanya waktu itu saya gemeeesss… banget! Tapi teguran itu saya jadikan pemacu untuk menulis lebih baik lagi. Hasilnya… sebuah spot radio yang kemudian memenangkan gold award! Huh. Puasnya bukan main. Bukan puas karena award-nya itu sendiri, tapi lebih karena perasaan puas bisa meng counter pernyataan client yang arrogant.
Jadi, siapkah kamu jadi CW? Siapkah kamu dikritik? Siapkah kamu dikepung deadline? Siapkah kamu melakukan revisi 113 kali? Siapkah kamu berfikir krearif, namun tetap logis?

Heheheh… emang enak jadi copywriter?!

Jatah cuap-cuap

Perhatikanlah jatah cuap-cuap Anda!
Ya, terutama saat Anda menulis copy untuk iklan TV Anda.
Kalau iklan TV Anda berdurasi 30 detik, kira-kira berapa detikkah jatah ideal narasi atau voice over-nya?
25 detik? 20 detik?
Bagaimana kalau hanya 5 detik?
Atau tidak sama sekali? Berani coba?

Menurut saya, membuat iklan TV sesungguhnya adalah salah satu hal yang paling nyaman untuk copywriter.
Katanya a picture can say a thousand words, bukan?
Karenanya, untuk apa ribet menghitung jatah cuap-cuap kita kalau memang visual sudah bisa mewakili? Jangan kerajinan menambahkan hal yang kiranya sudah jelas, alhasil pesan malah tak sampai. Atau membingungkan audiens karena visual dan audio saling berebut perhatian.

Hhhmmm... jatah cuap-cuap saya kali ini cukup sekian dulu, ya.

Rabu, April 23, 2008

GET OUT, GET A LIFE!

Hehe.. kalimat ini sebenernya saya dapati di salah satu print ad Olay yang keren banget, yang mereka jadikan slogan untuk seri kampanye mereka. Kalimat ini saya rasa sangat cocok untuk dijadikan slogan juga buat me-charge otak dan jiwanya orang kreatif yang udah terlalu lama bekutat di kantor, yang lembuuuuuuuur… terus!

Bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang (bahkan binatang juga boleh), adalah salah satu cara paling jitu untuk ‘memperkaya’ diri kita.

Dalam bergaul, kita pasti bisa ‘menyerap’ segala macam ilmu dari teman kita. Siapa pun dia, bahkan - meski ia seorang idiot atau cacat sekali pun. Cobalah. Setidak-tidaknya anda bisa belajar bagaimana ia bertahan hidup bukan? Siapa tahu, kelak cara dia itu akan mengilhami anda untuk membuat sebuah TVC yang stunning… atau satu radio spot yang staggering…!

Keluarlah, amatilah segalanya. Seorang penulis yang baik adalah seorang pengamat yang baik pula. Lebarkanlah sayap, perluaslah pergaulan. Terjunlah ke dunia yang tadinya sama sekali tidak menarik perhatian anda: hadirilah arisan ibu-ibu, bagi anda pemuda yang macho dan biasanya hanya nongkrong di gym atau extreme sport. Dijamin, anda akan memiliki pengalaman yang sangat mengejutkan.

Keluarlah, serap segala informasi di seputar anda. Ada baiknya suatu kali anda hanya diam dan mendengarkan. Masukkan segalanya ke dalam fikiran, ke bawah sadar. Anda akan menemukan kenikmatan sendiri, setelah seharian ‘berbicara’ melalui tulisan-tulisan anda.

Berjalan-jalan lah di terminal, di pasar, di halaman masjid, depan gereja, taman kota, di kebun bibit senayan… Hehehe… barangkali anak Jakarta ada yang belum tahu kalau di Senayan ada kebun bibit? Di sana ada tanaman Bisbol? Yang buahnya mirip bola bisbol, keras dan berbulu? Tahukan anda kalau di sana ada pohon Sossis? Yang buahnya mirip sosis namun keras seperti batu? Haha! Betapa mengherankan hal-hal yang begitu dekat dengan kita namum tak pernah kita ketahui sebelumnya!

Buat yang religius, sesekali amatilah kehidupan PSK, night life dan Dugemers (para rakyat dugem). Saya jamin, itu takkan pernah membahayakan keyakinan anda. Wong Cuma mengamati kok???!

Saya pernah mendengar Andrea Hirata bicara:
“Penulis yang baik adalah mereka yang melakukan riset…!”

Riset buat saya bukanlah sesuatu yang selalu serius. Cukup jalan-jalan sana-sini, tanya ini-itu, nguping sana-sini. Buka mata, buka telinga, berkelana. Nah… ketika kita pulang, maka hati dan perasaan akan terasa lebih kaya….!

Selamat mencoba!

Senin, April 21, 2008

Tips on writing better copy

Copywriting Tips By Ivan Levison

On these pages, we look at how you write better copy. This relates to all kinds of copy, whether for brochures or web copy.


For whom are you writing?

Think about the people who will read your copy. Firstly, they're busy (isn't everyone, these days?). So they won't tolerate sloppy words or slow writing.

Secondly, your product may not greatly interest the customer. (People are interested mainly in themselves!). So it's vital to communicate well.

Readers need to know what benefits your product will give them. They'll be impressed by clear words, simple explanations and a logical flow - not by flowery words or long sentences.

The first task is to identify your customers. Where and when will they see your communication?


Exercise: Stop and make some notes about your customers. What kind of people are they?

The right kind of writing

Having got a clear picture of your reader, you should decide on the right sort of writing. From a postcard to a 36 page brochure, every type of writing is different.

Use the right sentence length

The sentence length depends on the medium you're using (whether a press ad or a sales leaflet). 10 words per sentence is about right for press advertisements, while 15 word sentences suit direct mail and brochures. Any sentence that exceeds 25 words will be difficult to follow


Adopt the right paragraph length

A paragraph of more than 15 lines is off-putting. 100 years ago, people had greater powers of concentration. But 30-second TV commercials and 10-second sound bites have reduced readers' attention span.


Use strong headlines

A headline should always encourage people to read the text. It should make them curious, or make them think they will learn something to their advantage. Be bold when it comes to headlines: they're the secret of getting people to read your words. Use long headlines freely: they work as well as short ones.

Never make the headline obscure. Never use words that people won't understand, as in this charity headline:


More women are victims of intestacy than divorce.

Even ordinary brochures need stimulating headlines. Brochures often waste an opportunity by using dull headlines like 'Introduction', or 'Product Characteristics'.



Use cross heads

Cross-heads (or subheads) are the small headings that break up groups of paragraphs in newspapers. Their role is attract the eye to the text and make it easier to read. Newspapers have the advantage of being able to add words like 'Crisis' or 'Sex'. You're unlikely to be able to use words like this. But you can still select the most evocative word from a group of paragraphs.

Use at least two headlines or sub-heads per page of text. They will guide the reader through the page.


Banish abstract words

Avoid using abstract words, like 'adjustment'. If you find you have written one, change it into a verb or use a concrete noun.

People like using abstract words because they sound weighty. They help the writer feel grand, but they also reduce the reader's understanding.

(to be continued...)

Kamis, April 17, 2008

MENGAPA SAYA GAGAL DALAM INTERVIEW?

Postingan ini untuk Arie, yang katanya pernah gagal dalam i-view (lihat shout box):

Tanda tanya besar, kecewa, penasaran.. mungkin itulah yang dirasakan ketika seseorang gagal menghadapi interview. Padahal, udah capek-capek bikin surat lamaran yang unik, portofolio yang impresif, eh; tinggal interview malah gagal! What’s wrong with me???!! Mungkin begitulah gerutuan yang ada di dalam hati.

“Ah, bego aja tuh perusahaan ngga ngambil gue! Rugi sendiri!”

Bungkin begitu suara hati defensive yang muncul, ketika ia sudah yakin dirinya berkualitas.

Nah, sebenarnya kenapa sih seseorang gagal dalam interview? Apa memang karena ia tidak cukup bagus? Atau karena minta gajinya terlalu tinggi?

Pada dasarnya, seorang pewawancara (orang yang lagi cari pegawai tambahan) mempertimbangkan beberapa factor ketika melakukan seleksi penerimaan pegawai. Point-point itu antara lain:

1. kapabilitas dan kualitas calon: apakah kemampuanya sesuai dengan yang dibutuhkan? Kalau over atau under expectation, bakal disingkirkan. Kok bisa sih, over expectation malah gagal? Ya iya lah… saya pernah cari senior AD tapi yang ngelamar malah group head dan bahkan ada juga creative director di agency kecil. Saya ngga enak, dan takut juga, kalau-kalau tempat saya hanya dia jadikan ‘batu loncatan’ sampai dia menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kapasitasnya.

2. attitude si calon: apakah dia datang tepat waktu? Apakah dia menelpon ketika telat? Apakah ia memiliki referensi tentang attitude yang baik dari rekan kerja dan boss sebelumnya?

3. personality-nya: apakah kira-kira dia bisa cocok dengan the current team member? Apakah dia bisa memberi ‘kehidupan’ baru bagi tim, karena personalitynya yang ceria/pendiam/kritis dll.?

4. chemistry: apakah chemistry-nya masuk dengan boss? Hal ini adalah purely feeling!

5. gaji: apakah ia meminta gaji yang sesuai dengan kapasitasnya?

Nah, jadi, banyak factor ya mengapa seseorang itu tidak lolos dalam sesi interview? Karenanya, jangan kecil hati ketika anda gagal. Sebab kemungkinanya memang banyak. Akan lebih baik bila anda tahu mengapa anda gagal. Coba kirim email ke pewawancara anda, tanyakan mengapa. Siapa tahu hal itu bisa membuat anda menjadi pribadi yang lebih mawas diri..?

Selamat belajar!

Selasa, April 15, 2008

CRAZITIVITY

by Edward de Bono

'Crazitivity' is a new word that needed inventing. Crazitivity is that sort of creativity that is solely driven by desire to be different. Creativity is always new and different so the belief is that something new and different is necessarily creative. So anything different, bizarre and off-the-wall claims to be creative.
I have no objection whatever to this belief and this style of 'creativity'. My only concern is that people should equate crazitivity with creativity. This would be a pity and would be a great disservice to serious creativity. Creativity can be low key, simple, unostentatious and very logical - in hindsight. Creativity does not have to announce: "Look at me. Aren't I creative!!".

In the advertising world something that is crazy may catch attention and may therefore have a direct value. This is seldom the case elsewhere. Since much of the impetus for deliberate creative effort came from the advertising industry (brainstorming) there is this residue of belief that bizarre is creative.
Bizarre does not attract attention in general. So those who want to make a statement or parade their disdain for normal conventions may seek the cazivity of bizarreness.

Sadly, there is a huge convention of un-conventionality - just as all hippies had to wear hippy uniforms. There is nothing wrong with the motivation to seek to be different. It is a pity if it just stops at being different for the sake of being different. In lateral thinking there is an important role for provocation. "Po cars have square wheels" is a typical provocation. The point of provocation, however, is that you use 'movement' to move forward from the provocation. You do not just sit on the provocation and say: "Isn't that creative?" So you 'move' forward from the square wheel provocation to design 'intelligent suspension'. Provocation is a valuable step but not a useful result.

The main reason why crazitivity is so often equated with creativity is that crazitivity is so very easy. So those people who want to be noticed and want to flaunt creativity find this the easiest route to take. That is a choice and an option. In my view it is not a very constructive one. I regard highly those creative contributions which deliver more value than just being different. So the key question is: "What value does this creativity deliver?" It may be eye-catching but then a shout is 'ear-catching'. Do you really want to live in a world full of shouting?

Jumat, April 11, 2008

LOWONGAN LAGI

Kali ini, si pencari kerjanya jelas: Dentsu! Yang kemarin bukan Dentsu lho... walaupun sama-sama dari Japan. Oh ya, FYI: semua titipan lamaran yang masuk ke email saya udah saya fwd! Ntar biar dia yg contact yach?

Yg berminat utk jadi copywriter di Dentsu, silahkan kirim CV & portfolio ke: evanita@dentsu.co.id.

Di Dentsu ada teman saya yang jadi CD, juga ada guru saya: ibu Jeanny Hardono yang jadi ECD. Hopefully, anda-anda bisa belajar banyak dari mereka!

Selamat mencoba.

Kamis, April 10, 2008

MERAIH PELUANG MENJADI COPYWRITER FREELANCE

Postingan ini menjawab pertanyaan dan permintaan Harian (nama bener ngga ni?) pada tgl. 27 Maret 2008 di shout box, yang pengen mendapat peluang agar bisa menjadi copywriter freelance.

Kebetulan, saya pernah menjadi freelance copywriter selama kurang lebih 4 bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk kerja full time (lagi). Bukan apa-apa, chemistry saya udah terlanjur jadi ‘pekerja harian’ yang tiap hari rajin melongok ke kantor and chit-chat plus hang out sama temen-temen. Jadi kalo freelancer rasanya ada yang ‘hilang’. Meski sebenarnya, menjadi freelancer memiliki banyak keuntungan: waktu bebas, hasil lumayan, kerja lebih efektif. Pengalaman saya, semasa menjadi freelancer malah menghasilkan lebih banyak dibanding gaji saya sebagai CD. Halah..! Cuma ya itu, harus rajin nagih juga… (which di bagian ini saya lemah, suka males).

OK. Kebanyakan agency yang udah settled sih ogah mempekerjakan freelancer. Kenapa? Karena mereka udah mampu membayar orang-orang berkualitas, pekerjaan udah banyak dan kontinyu, sehingga ‘the show must go on’. Apalagi, bekerja di agency adalah kerja tim, sehingga akan lebih baik kalau copywriternya bisa menjadi anggota tim yang kompak dengan art director dan account executive-nya. Freelancer tidak bisa memenuhi harapan itu (ya.. relative lebih sulit lah!). KECUALI: ada overload pekerjaan yang super duper top urgent! Maka CD akan berusaha mencari freelancer.

Nah, criteria freelancer yang dia cari biasanya:
1. udah pengalaman memegang account sejenis (kategori produk sejenis) sehingga udah ngerti ‘aura’ dan ‘bahasa’ kategori produk tsb.
2. lebih baik kalau udah ada rekomendasi dari orang yang dia kenal : anggota tim kreatif, maupun pergaulan social dia di periklanan
3. potofolio-nya meyakinkan
4. chemistry-nya masuk dgn tim dan CD-nya
5. attitude-nya udah dikenal baik, ngga bermasalah (ngga tiba-tiba ilang pas mo deadline, misalnya!)

Nah, kalo di agency kecil gimana? Kemungkinan, merekalah yang bakal lebih banyak membutuhkan tenaga freelancer. Kemungkinan, mereka belum mampu membayar pegawai tetap, atau hanya sedikit pegawai tetapnya. Sehingga ketika lagi overloaded, ya solusinya cari freelancer. Kriterianya? Kurang lebih sama, tapi mungkin ditambah satu lagi: harga!

So, pengalaman itu penting ya?

Sama pentingnya dengan memiliki relasi dan kenalan dari dunia periklanan, sama pentingnya dengan portofolio yang bagus! Halah. Lantas gimana donks buat mereka yang belum pengalaman tapi mo jadi freelancer…?

Tips saya: bikin dulu potofolio ‘jadi-jadian’. Buatlah iklan tentang sesuatu yang menarik hatimu. Iklan layanan masyarakat pun boleh… yang penting kan bisa ‘unjuk gigi’ toh..?

Tips lain: joint ke freelancer.com

Belajar tak jemu, temans !

Selasa, April 08, 2008

Becoming A Writer

by robparnell

The urge to write fiction seems God-given for some, a learned skill for others.

One thing is certain – it requires practice and a particular mindset. But, if you’re a beginner, where do you start?

The following 10 tips will help kick-start your writing habit, whether you’re a complete novice, or perhaps a pro who has lost their way!


1. Step Away From the Car, Sir

Slightly detach yourself from your surroundings. Stop participating and begin observing. In social situations, watch people, see how they act and – more importantly - interact.

Don’t pass judgment. Take it all in – and draw on it later when you write.


2. Look Harder, Homer

Stop and look around you. Consciously notice the buildings, what’s underfoot, overhead, and what’s right in front of you.

At home, look at something you take for granted. An iron, for instance. Find yours and study it.


3. Write Thinking Will Be Rewarded

A simple technique. Your mother is making tea and you are chatting to her. Take a mental step back and describe the scene.

Similarly, when you’re outside, describe your environment as though you were writing it down.


4. What Reasons Do You Need?

Don’t wait for inspiration – just write!

Force yourself to write anything at all. A shopping list. An overheard conversation. Describe your bedroom.

It doesn’t matter how personal it is, or how trivial, just get it down!


5. Wakey Wakey!

Set your alarm clock for an hour earlier than normal.

When the alarm goes off, get up. Don’t dress, bathe or eat. Don’t even make coffee. Just stagger to your writing space and write the first thing that comes into your head for five minutes.


6. Oh God – Not That!

Think of the most awful and embarrassing thing you’ve ever done - the more cringe-worthy the better. Now write about it. All of it, in all its gory, horrible detail.

Then hide it away for a year or so before you read it again!


7. Like Your Style, Baby

Don’t limit yourself. Write poems, songs, dialogue, fact, fiction, even practice writing advertising copy or horoscopes.

Your expertise improves in all areas – an improvement in one area can reap benefits in another.


8. The Sincerest Flattery

Take out a classic book from your bookcase. Copy out a paragraph. Think about the words as you write them. Don’t get intimidated!


9. Wanna See My Invention?

When you’re not writing, string together stories in your mind. Think of plots, characters, settings, dénouements.

Ask yourself what you should do next to improve your writing.

Develop this technique into a habit.


10. It’s A Goal!

When you start writing regularly, set yourself small goals. Anything from 200 words a day, or just a commitment to writing in your diary.

Later extend to finishing a short story, or an article or a poem. Perhaps one in a week.

The trick is to set goals you can achieve easily.

That way you’ll get the writing habit - and you won’t forget to enjoy it!

Senin, April 07, 2008

LOWONGAN UTK COPYWRITER JR.

Kemarin saya ditelpon oleh seorang teman yang memiliki agency berlisensi Jepang.
"Nu, gue butuh copywriter nih, dua orang! Loe punya stok ngga???"
Hehe.. stok, emangnya apaan?!

Saya posting di sini karena dia ngga mau bikin pengumuman terbuka.
"political issue lah..." gitu katanya.

Jadi, bagi yang berminat, silahkan kirim CV dan portofolionya ke alamat email saya aja, ntar saya fwd ke dia. Ini saya bantuin temen aja, soalnya dia juga baeeek.. banget sama saya.

Dia bilang sih, persyaratanya terserah saya (hihihi.. aneh!)
Tapi karena CD-nya dari luar, menurut saya applicant harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan bahasa Inggris. Karena yang dicari juga masih junior, menurut saya fresh grad juga OK, asalkan ngga blank-blank banget masalah copywriting (makanya belajar GRATIS di blog ini...) Hehehe..

Silahkan kasih tahu adik, calon ipar, teman, pacar dan kenalan yang mungkin berminat...!

Thanks...

Jumat, April 04, 2008

BUKU TTG CREATIVE DIRECTING

Saat ini saya sedang menyusun buku mengenai creative directing: berisi pengetahuan mengenai bagaimana menentukan arahan suatu creative material, serta beberapa disiplin ilmu yang musti dikuasai seorang CD. Buku ini sebenarnya bukan untuk dibaca para CD beneran (karena mereka lebih tahu dari saya), tapi untuk CD wannabe ataupun prkatisi periklanan senior yang baru dipromosi ke jenjang yang lebih tinggi. Sebab pada level tsb., bukan lagi 3C yang diperlukan untuk perform, namun juga ada bidang ilmu lain yang musti dikuasai.

Nah, di blog ini, saya mau minta saran kepada teman-teman sekalian. Judul manakah yang sekiranya akan lebih menarik perhatian dan mensiratkan apa isi buku tsb.? Sudilah kiranya meluangkan waktu untuk mengisi polling... please...?

Thank you, makasih, hatur nuhun, matur nuwun, kamsiah, syukron... for the time!

Kamis, April 03, 2008

TIPS JADI COPYWRITER SUKSES

Postingan ini jawaban untuk AFI, yang memberi komentar pada postingan saya tentang “indahnya dunia periklanan”.

Ehm! Copywriter sukses? Hehehe… apa dulu ya, definisinya? Apakah yang gajinya gede? Yang karirnya menanjak terus (sampai jadi apa?) atau yang award-winning type? Maaf Afi, soalnya definisi “sukses” di sini harus jelas, supaya ngga ada over expectation gitu deh…

Copywriter sukses buat saya adalah dia yang mampu memberikan karya-karya yang memukau, karya-karya yang membanggakan. Entah itu menang award atau tidak, entah itu dibeli klien atau tidak. Tapi, setiap karya yang bagus tak pernah membutuhkan ‘kalimat berbusa’ untuk meyakinkan orang bahwa ia memang bagus. Saya selalu percaya: good ads will talk (sell) by itself.

Karya yang membanggakan hanya akan lahir dari 3 kemampuan dasar seorang copywriter, yakni: crafting, creativity dan conceptual thinking ability. Ketiga factor itu harus berjalan seimbang untuk bisa bekerja sinergis dalam waktu yang bersamaan.

Crafting: latihlah selalu kemampuan dalam menyusun kata-kata yang indah, bacalah puisi, fiksi, karya sastra yang indah, pantun, sonata dan juga pepatah petitih, kata-kata mutiara serta aneka peribahasa yang banyak dimiliki masyarakat kita. Perbanyaklah perbendaharaan kosa kata yang aneh, jarang dan jadul. Perkayalah diri dengan referensi mengenai kata-kata yang indah namun sudah banyak terlupakan. Jangan hanya terjebak pada kata-kata gaul masa kini saja. Ingat, slogan yang powerfull seperti “pria punya selera” adalah digali dari kosa kata dan susunan kalimat “jadul”.

Creativity: asah terus kemampuan diri dengan selalu meningkatkan kemampuan otak kita dalam berfikir kreatif. Salah satu tips hebat yang pernah saya terima adalah: mulailah harimu dengan humor! Humor akan membuka simpul syaraf otak kita dan membuatnya lebih ‘hidup’. Ingat, kemampuan kreatif otak kita adalah ketika kita menggunakan cara berfikir yang ‘fun, nakal, dan ceria’ bukan sebaliknya.

Conceptual thinking: perbanyaklah portofolio anda dengan berbagai macam kategori produk. Kategori yang berbeda memerlukan pendekan berbeda pula. Ada kategori produk yang bisa dibawa fun (misalnya permen atau detergent) , namun juga ada yang harus serius (misalnya otomotif, obat-obatan). Bekerjalah dengan mereka yang lebih senior dari anda, yang memiliki reputasi baik. Jangan pernah takut dengan CD galak, karena biasanya mereka yang memiliki kemampuan tinggi juga ppunya demand tinggi kepada anak buahnya. Belajarlah dari awar-winning person, perbanyaklah melihat-lihat award-winning material. Pelajarilah kenapa mereka dipuji.

Kesimpulan dari semua ocehan saya di atas adalah…teteup… keep learning!

Rabu, April 02, 2008

5 Reasons Why Headlines Are The Single Most Important Part Of Every Ad, Postcard, Sales Letter And Web Page!

Copyright © Robert D. Boduch
behappy@total.net

Without a powerful headline, your message stands little chance in an increasingly competitive marketplace.

It doesn’t matter which marketing medium you choose. If your headline doesn’t immediately capture attention and pull prospects inside, the rest of your efforts are virtually meaningless. Without an attentive audience, no message -- however skillfully crafted – will even get a fair reading.

Nothing is more important to getting your message noticed than your lead-in. If you’re not allocating a sizable percentage of your time and creative effort to your headlines, you could be losing out on a large chunk of business.

Top copywriters understand this concept well. They know how essential it is for the headline to command attention by figuratively grabbing the prospect by the jugular.

Here are five good reasons why headlines deserve greater emphasis and attention.

1) Headlines Are Natural Attention-Getters. We all have a tendency to read headlines first, before delving into the body copy. They stand out visually, thus compelling people to pay attention to them first. Headlines act as titles and lead-ins that are set above and clearly separate from the rest of the text. This naturally attracts the eye of the reader.

According to advertising legend David Ogilvy, 5 times more people read headlines than the body copy of an ad. If the headline fails to stimulate interest, the reader simply moves on. With 5 times the readership, headlines have a unique opportunity to make any message many times more successful.

2) Headlines Serve As Valuable Guides. Headlines tip off readers. They provide a clear signal to help readers decide whether they should stick around for the full message, or dash off to something else that’s better suited to their own special interests.

As a quick summary of the entire piece, headlines either attract continued interest and readership, or they repel it. Without a headline, the reader is forced to wade through a portion of the text to understand the meaning. When you force readers to do this, you risk losing them altogether. In effect, having no headline will cost you at least 80% of your potential audience!

3) Headlines Prepare The Reader For What’s Coming Next. Headlines fuel interest. They start the reader’s motor running. A good headline sets up a feeling of expectation as the reader anticipates discovering more and can’t wait to get it!

Successful headlines address a specific audience. They open the reader’s mind to new possibilities and expand the level of enthusiasm and interest. The best headlines involve the reader in some way which virtually guarantees sustained attention -- at least until the reader finds the information he seeks, loses interest, or places an order.

4) Headlines Simplify The Learning Curve. Every headline serves to introduce whatever information follows. As an opening, the role of the headline is to succinctly communicate the essence of the message it precedes.

Effective headlines and sub-headings reveal key bits of information -- often with the added power of emotion. A review of the various headlines and sub-headings alone can often provide one with the gist of a given message. This makes it faster and easier to understand and remember.

When you make it easier for your prospects to read and comprehend your messages, you increase the chances of them taking the action you want them to take. The result? More sales and profits for you.

5) Headlines Allow You To Deliver Your Biggest Bang Up-Front. You have the opportunity to arrest attention and interest at the outset, by using your most appealing sales point in the headline. If your strongest, most desirable product attribute fails to pull prospects in, surely nothing else would do the trick, either.

The stronger your headline, the more your message is exposed to potential customers. Create every headline compel attention and inspire interest. The more alluring and irresistible you can make it, the more genuine prospects you’ll attract and ultimately, the better results you’ll achieve.

Headlines are powerful marketing tools when used correctly. Take a good look at the headlines you’re using in your own ads, brochures, sales letters, and web pages. Keep an eye out for additional headline and sub-head possibilities. Make your headlines impossible to miss and difficult to ignore… then, watch your results soar!