Tampilkan postingan dengan label Kreativitas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kreativitas. Tampilkan semua postingan

Senin, Mei 12, 2008

BE CRAZY: CIPTAKANLAH DUNIA MU SENDIRI


Sebuah iklan radio sangat menarik perhatian karena mengumunkan adanya ‘Departemen Bunuh Diri’ (utk iklan anti rokok) dan “Pengumuman Pernyataan Tidak Bertanggung Jawab” dari sebuah minuman keras. Sayangnya, kedua iklan yang saya sebutkan tadi semuanya disiarkan di Inggris.

Pelajaran yang saya petik dari kedua spot radio itu adalah… untuk bisa menarik perhatian (yang merupakan hukum pertama dalam beriklan), maka tunjukkan ‘kegilaan’ sejak awal. Siapa juga deh, yang ngga bakal nengok ketika mendengarkan radio berbunyi begini: “Suatu pagi di departemen bunuh diri…”
“Kriiing….”
“Ya, halo? Departemen bunuh diri di sini, bisa saya Bantu…?”
That’s keeping people to listen!

Ya, kegilaan adalah salah satu alat agar kita diperhatikan. Namun, isi dari pesannya harus lah sesuatu yang logis, yang relevan dengan tujuan dari suatu komunikasi…
Menjadi ‘gila’ itu mudah. Namun ‘gila’ yang relevan, itu berbeda…

Inilah contoh Gila yang relevan itu:
Sebuah stiker peringatan ditempelkan pada sebotol minuman keras, bunyinya…:
‘Kami tidak bertanggung jawab atas perilaku orang-orang setelah meminum bir ini”

Secara implisit, stiker mengatakan bahwa minuman keras itu sedimikian kuatnya, dan – alih-alih membuat orang takut – malah menggelitik orang ingin mencobanya!

Rabu, April 23, 2008

GET OUT, GET A LIFE!

Hehe.. kalimat ini sebenernya saya dapati di salah satu print ad Olay yang keren banget, yang mereka jadikan slogan untuk seri kampanye mereka. Kalimat ini saya rasa sangat cocok untuk dijadikan slogan juga buat me-charge otak dan jiwanya orang kreatif yang udah terlalu lama bekutat di kantor, yang lembuuuuuuuur… terus!

Bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang (bahkan binatang juga boleh), adalah salah satu cara paling jitu untuk ‘memperkaya’ diri kita.

Dalam bergaul, kita pasti bisa ‘menyerap’ segala macam ilmu dari teman kita. Siapa pun dia, bahkan - meski ia seorang idiot atau cacat sekali pun. Cobalah. Setidak-tidaknya anda bisa belajar bagaimana ia bertahan hidup bukan? Siapa tahu, kelak cara dia itu akan mengilhami anda untuk membuat sebuah TVC yang stunning… atau satu radio spot yang staggering…!

Keluarlah, amatilah segalanya. Seorang penulis yang baik adalah seorang pengamat yang baik pula. Lebarkanlah sayap, perluaslah pergaulan. Terjunlah ke dunia yang tadinya sama sekali tidak menarik perhatian anda: hadirilah arisan ibu-ibu, bagi anda pemuda yang macho dan biasanya hanya nongkrong di gym atau extreme sport. Dijamin, anda akan memiliki pengalaman yang sangat mengejutkan.

Keluarlah, serap segala informasi di seputar anda. Ada baiknya suatu kali anda hanya diam dan mendengarkan. Masukkan segalanya ke dalam fikiran, ke bawah sadar. Anda akan menemukan kenikmatan sendiri, setelah seharian ‘berbicara’ melalui tulisan-tulisan anda.

Berjalan-jalan lah di terminal, di pasar, di halaman masjid, depan gereja, taman kota, di kebun bibit senayan… Hehehe… barangkali anak Jakarta ada yang belum tahu kalau di Senayan ada kebun bibit? Di sana ada tanaman Bisbol? Yang buahnya mirip bola bisbol, keras dan berbulu? Tahukan anda kalau di sana ada pohon Sossis? Yang buahnya mirip sosis namun keras seperti batu? Haha! Betapa mengherankan hal-hal yang begitu dekat dengan kita namum tak pernah kita ketahui sebelumnya!

Buat yang religius, sesekali amatilah kehidupan PSK, night life dan Dugemers (para rakyat dugem). Saya jamin, itu takkan pernah membahayakan keyakinan anda. Wong Cuma mengamati kok???!

Saya pernah mendengar Andrea Hirata bicara:
“Penulis yang baik adalah mereka yang melakukan riset…!”

Riset buat saya bukanlah sesuatu yang selalu serius. Cukup jalan-jalan sana-sini, tanya ini-itu, nguping sana-sini. Buka mata, buka telinga, berkelana. Nah… ketika kita pulang, maka hati dan perasaan akan terasa lebih kaya….!

Selamat mencoba!

Selasa, April 15, 2008

CRAZITIVITY

by Edward de Bono

'Crazitivity' is a new word that needed inventing. Crazitivity is that sort of creativity that is solely driven by desire to be different. Creativity is always new and different so the belief is that something new and different is necessarily creative. So anything different, bizarre and off-the-wall claims to be creative.
I have no objection whatever to this belief and this style of 'creativity'. My only concern is that people should equate crazitivity with creativity. This would be a pity and would be a great disservice to serious creativity. Creativity can be low key, simple, unostentatious and very logical - in hindsight. Creativity does not have to announce: "Look at me. Aren't I creative!!".

In the advertising world something that is crazy may catch attention and may therefore have a direct value. This is seldom the case elsewhere. Since much of the impetus for deliberate creative effort came from the advertising industry (brainstorming) there is this residue of belief that bizarre is creative.
Bizarre does not attract attention in general. So those who want to make a statement or parade their disdain for normal conventions may seek the cazivity of bizarreness.

Sadly, there is a huge convention of un-conventionality - just as all hippies had to wear hippy uniforms. There is nothing wrong with the motivation to seek to be different. It is a pity if it just stops at being different for the sake of being different. In lateral thinking there is an important role for provocation. "Po cars have square wheels" is a typical provocation. The point of provocation, however, is that you use 'movement' to move forward from the provocation. You do not just sit on the provocation and say: "Isn't that creative?" So you 'move' forward from the square wheel provocation to design 'intelligent suspension'. Provocation is a valuable step but not a useful result.

The main reason why crazitivity is so often equated with creativity is that crazitivity is so very easy. So those people who want to be noticed and want to flaunt creativity find this the easiest route to take. That is a choice and an option. In my view it is not a very constructive one. I regard highly those creative contributions which deliver more value than just being different. So the key question is: "What value does this creativity deliver?" It may be eye-catching but then a shout is 'ear-catching'. Do you really want to live in a world full of shouting?

Senin, Maret 17, 2008

How to Write Remarkably Creative Content

Postingan berikut bukan tulisan saya, tapi saya copy dari Brian Clark. Selamat menikmati...

Creativity is vitally important to crafting effective copy and content. But mention the word “creative” around direct response copywriters, and their blood will begin to boil.
Outside of Madison Avenue, advertising is supposed to sell something, not win industry creative awards. Likewise, content should be useful and valuable to the reader, not an indulgent exercise in self expression.
Still, creativity is key when it comes to copy and content that works. While creativity for its own sake is a smart way to strengthen your lateral thinking skills and to align your work with what you love to do, it’s when you create something useful to others that you add value to the world.
Advertising legend David Ogilvy hated the word creative. In Confessions of an Advertising Man he wrote, “I tell new recruits that I will not allow them to use the word creative to describe the functions they are to perform in the agency.”
Ogilvy instead preferred the word remarkable. So now you know where ol’ what’s his name got his inspiration.
Creative Adaptation for Remarkable Content
Inspiration from other sources is what creativity is all about. It seems that many people believe creativity involves pulling a completely brand new idea out of thin air. In truth, creativity is an adaptive process that consists of looking at the same existing thing everyone else is and thinking about it differently.
Even Michelangelo believed that “the best of artists has no conception that the marble alone does not contain within itself.” He saw his sculptures within the mass of marble, and simply removed the parts that didn’t belong in order to “free the figures slumbering in the stone.”
Look in unlikely places for connections and angles that can enhance your content. If only one aspect of another subject area meets your needs, roll like Michelangelo and get rid of the parts that don’t belong.
Where Do We Find Inspiration?
So, where do you discover your own creative angles for content? Carl Ally, another advertising legend, offered this insight:
The creative person wants to be a know-it-all. He wants to know about all kinds of things—ancient history, nineteenth century mathematics, current manufacturing techniques, hog futures. Because he never knows when these ideas might come together to form a new idea. It may happen six minutes later, or six months, or six years. But he has faith that it will happen.
In other words, what you learn outside of your niche may well be more important than your substantive expertise. Read everything you can across diverse topic areas, and live life to the fullest for inspiration at every turn.
For solid tips in this area, read Tony Clark’s excellent 4-part Creative Adaptation series. You may just start seeing things differently than everyone else does when it comes to creating content.

Kamis, Maret 13, 2008

MENJADI ‘PENCURI’ YANG MENAWAN

Pada hematnya, menjadi pekerja iklan adalah menjadi ‘pencuri’. Loh kok?? ! Hehe.. heran ya? Padahal memang begitulah hakekatnya. Coba difikir ulang, ketika seseorang nonton TV, baca Koran, baca majalah, dengerin radio, apakah mereka mengharapkan iklan? Please… kita semua tahu khan jawabnya? Iklan datang bak pencuri, yang nongol sebentar di jeda waktu untuk kemudian ditinggalkan (yakni saat penonton TV memencet remote, atu pendengar radio men switch channel, atau pembaca Koran membalik halaman). Sedih ya? Udah mikir berhari-hari, persiapan shooting berminggu-minggu, review sampai jam satu malam, hasilnya cuma buat dicuekin…! Hahahahaha…

Herannya, makin banyak saja biro-biro iklan bermunculan, makin banyak saja anak-anak muda yang tertarik untuk memasuki dunia ini. Saya sendiri juga heran, kenapa saya sangat mencintai pekerjaan saya yang nyaris ‘nothing’ ini. Kadangkala, Adri – copywriter terlucu di kantor – sampai mengumpat: “hei, this is just advertiding man! Nobody dies. “ kalimat itu muncul kalau kami telah melakukan berkali-kali review, dan beberapa anggota tim sampai tak kuasa menahan emosi dalam review. :)

Ya, menjadi ‘advertising animal’ berarti menjadi pekerja keras yang tugasnya ‘mencuri’ sedikit waktu khalayak ramai. Menyebalkan? Atau menantang? Apapun itu, setidaknya kita masih bisa berusaha untuk menjadi pencuri yang menawan, pencuri yang ditoleransi, atau bahkan – kalau bisa – dicintai.

Untuk bisa menawan hati, tentunya kita akan bermain pada area ‘like’ dari target audience kita. Apa sih yang mereka sukai? Kalau mereka suka humor, gunakan joke. Kalau mereka suka kartun, gunakan komik. Kalau mereka suka gossip, gunakan artis, dst.

Di sini lah pentingnya pengenalan seorang copywriter terhadap karakteristik target audience-nya. Semakin baik ia mengenal mereka, semakin besar kemungkinan ia bisa ‘berbicara’ dengan mereka. Karena itu, carilah dan galilah terus your consumer’s insight! Lakukan wawancara, bergaullah dengan mereka, mencobalah berfikir seperti mereka. Lalu cobalah menjadi kawan yang menyenangkan untuk mereka. Dengan begitu, maka brand yang kita komunikasikan akan memperoleh simpati dari khalayak yang dituju.

Semakin lama saya berada dalam industri ini, semakin saya mengerti mengapa pendekatan positif dalam komunikasi lebih disukai klien. Kenapa? Karena mereka ingin mendapat simpati! Iklan-iklan yang bernada menakut-nakuti, mengancam, memberi aura negative kepada public akan berpotensi mendapat rasa antipati pada sebagian khalayak.

Tapi ya itu tadi, kalau memang target audience-nya senang ditakut-takuti sih… ngga papa juga! Kan yang penting: we can talk to them! Right?

Rabu, Maret 05, 2008

Kejenuhan II

Yang dikatakan Nunu benar sekali. Dan kejenuhan pada pekerjaan adalah hal yang normal. Siapa saja, di bidang apa saja, pasti pernah mengalaminya. Yang patut dicermati adalah frekuensi dan intensitasnya. Kalau Anda lebih sering jenuh daripada "ringan", lebih sering depressed dari pada "senang", sebaiknya Anda pergi konsultasi dengan psikiater. Seriously. It may be more to it than what's there.

Having said that, kunci dari semuanya adalah balance. Physically dan spiritually. Ask yourself these questions:

Did I lead a balanced life?
Did I eat right? Too much carb can lead to depression. Healthy diet helps your body fight stress.
Did I exercise regularly? It's a no brainer. Exercising fights stress. Make time. You exercise, you feel better!
Do I have other things in life that can make me happy? Simple things are best. Talk to your cat. Try on new recipe atau invent a new recipe. Invite fiends over for dinner. Fly a kite. Karaoke. Go shopping. Paint. Write poem. Get a hair cut (hopefully a good one!). Anything. Anything that can cheer you up..
When was the last time I hug my spouse? my friends? my family?
When was the last time I "give" to, or help, others? Look around you. Reach out and offer help.
Have I seen any funny or interesting movie lately?
What music do I like to listen to lately? Any new band, or new sound out there? new concert?
Any interesting book? Maybe it's time to check out the library atau visit toko buku.
How am I spiritually? When was the last time I pray? Do anything spiritual that will lift your spirit. Even a simple meditation can do magic! Or go to places where you can feel small.
Do I care? about myself? my children? my family? my friends? my surroundings? Look around.
The list is endless.

Point is: advertising is just advertising. It is NOT everything. Yet, everything is inter-connected. Dan dalam perjalanan kreatif, in pursuit of excellence, kita mudah lupa akan hal-hal lain disekeliling kita dan terpuruk kedalam jurang pekerjaan yang sarat dengan stress. Dan seringkali, kala berada dalam kejenuhan dan depresi, kita tak dapat melihat diluar "garis" kelam kejenuhan itu, tak dapat melihat the light at the end of the tunnel, dan akhirnya malah makin tenggelam lagi dalam pusaran kejenuhan. Frustrasi dan lelah.

Karena itu, seriously, kalau Anda merasa jenuh, take a break! It is a sophisticated warning mechanism your body is equipped to tell you that something is not right. So, listen carefully and take that much needed break, dan lakukan a little soul searching. Seperti yang Nunu katakan, different people different flavor. Lakukan shalat atau prayer, go see a movie, telepon kawan-kawan lama untuk pergi makan bersama or do a little reunion, do silly stuff, go see a cheesy Hong Kong movie, kunjungi saudara atau kerabat, hug your friends, pick up a book, dengar musik (mungkin musik yang belum pernah Anda dengar sebelumnya atau yang tidak familiar sama sekali, atau bahkan musik-musik lama yang penuh nostalgia), pergi ke konser, dugem, run the treadmill, volunteer, kunjungi panti asuhan dan see what you can do to help. Many, many things you can do, or give, yang in return akan mengembalikan (atau dapat menjaga) keseimbangan jiwa-raga. Dengan jiwa-raga yang seimbang, Anda akan mudah meladeni rasa jenuh, ataupun depresi. Dan lebih dari itu, kreatifitas Anda akan pulih, segar menghadapi aneka tantangan baru.

Semoga membantu!

Kamis, Februari 28, 2008

MENGATASI KEJENUHAN BEKERJA

Abi, salah satu copywriter di kantor, menyampaikan rasa jenuhnya dalam bekerja..
“Sebaiknya saya ngapain ya..??”
“take a leave, take a break, go away!” saya bilang.
Tapi… betulkah hal itu (jika dia lakukan ) akan mampu mengatasi kejenuhanya dalam bekerja?

Mungkin, cara paling bijaksana adalah terlebih dahulu menggali alasan mengapa kejenuhan itu datang. Apakah karena factor ‘jenuh pada pekerjaan’ itu sendiri? Atau ‘jenuh pada sistem’? Atau jenuh pada partner? Atau ada hal yang lain..? Hihi.. sok jadi dokter nih!

Biasanya kan sebelum membuat suatu diagnosa, dokter terlebih dulu mengumpulan data-data penyakit, lalu menganalisa (berdasarkan pengetahuan serta pengalamanya), baru kemudian mendiagnosa dan memberikan obat, bukan? Nah.. jadi langkah awal adalah mencari data: apa sih yang membuat kita jenuh?

Setelah kita yakin penyebabnya.. ya tinggal dicari solusinya, khan?

Dalam kasus Abi, setelah saya tanya dia menjawab:
“Saya terlalu banyak menghabiskan waktu di kantor, sampai saya tak punya waktu lagi untuk yang lain…”
“Kenapa dong, terlalu banyak di kantor? Apakah kantor menuntutmu begitu? Atau memang kemauan sendiri?”
Dia Cuma nyengir kuda.

Setiap orang memiliki cara khas untuk mengatasi kejenuhan. Bagi saya, sholat adalah salah satu cara saya mengatasi kejenuhan ‘kerja’. Bagi orang lain, mungkin traveling bisa membantu. Orang lain lagi, mungkin harus dugem.

Scope kerja seorang copywriter adalah di area analytical thinking, yang berarti harus mampu menganalisa berbagai fakta yang terhidang. Apakah fakta itu mengenai produk, pasar, maupun konsumen-nya. Nah, sudah semestinya juga khan, kalau seorang copywriter juga harus mampu menganalisa permasalahanya sendiri?

Saya sendiri tidak pernah jenuh pada pekerjaan saya di bidang kreatif, sebab di situ lah passion saya. Tapi, saya justru akan jenuh kalau load kerja lagi kurang! Hehe.. nantang nih… Nah, untuk kasus Abi: apakah kejenuhan itu terjadi ketika banyak kerjaan? Wah.. jangan-jangan.. bukan di copywriting nih passion-nya! Perlu nyoba bidang lain, mungkin??

;)

Peace…!

Rabu, Februari 06, 2008

MEMUPUK KREATIVITAS

Menjadi copywriter, bekerja di departemen kreatif, tentunya tantangan terbesarnya adalah... harus tetap kreatif! Nah, apakah anda percaya bahwa anda kreatif? Jika anda percaya bahwa anda kreatif, maka anda telah memulai satu langkah! Ya, untuk bisa berfikir kreatif, maka seseorang harus terlebih dulu percaya dan yakin bahwa dia kreatif! Dengan kepercayaan ini, dia akan mencoba segala cara dan menemukan jalannya.

Saya selalu percaya, bahwa creativity is an attitude: dia harus menjadi bagian integral dari pribadi kita. Ia harus menjadi kelakuan kita sehari-hari, menjadi cara berfikir kita setiap saat! Kreatif adalah mencari cara dan atau jalan yang tidak biasa, yang baru, yang lain daripada yang lain, yang tidak me too. Kreatif adalah to be able to stand out from the crowd. Karena itu pula, orang-orang kreatif biasanya aneh-aneh, gila-gila, eksentrik.

Kreativitas dalam periklanan akan tampak pada hasil karya, pada brainstorming session, pada presentasi, bahkan pada saat briefing! Kreativitas adalah output dari otak kita. Oleh karena itu, agar otak tidak menjadi ‘kering’, maka ia harus diberi input sebanyak-banyaknya. Berilah input dengan cara:
- membaca apa saja
- nonton apa saja
- jalan-jalan kemana saja
- bergaul dengan siapa saja
- mendengar apa saja
- mencoba segala hal
- makan apa saja
- belajar apa saja
- mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya
- selalu ingin tahu
- membuka semua inderanya dan mengamati apa yang terjadi di dunia sekitarnya
menjadi orang kratif berarti selalu menjadi spon (bukan spongebob lho ya?) dimana pun ia berada, menjadi penyerap segala informasi, tanpa proteksi.

Saya pernah kenal dengan seorang writer handal yang selalu membawa-bawa notes dalam sakunya. Ia akan mencatat segala sesuatu yang menarik hatinya, mengumpulkan karakter berbagai macam manusia yang dikenalnya, yang dianggapnya unik.
“sapa tahu bisa jadi karakter di radio spot aku” begitu katanya.

Menjadi kreatif berarti menjadi pengamat yang baik. Selebihnya, hanyalah pengetahuan tentang berbagai tehnik berfikir kreatif seperti: brainstorming, the six hat, the matrix, dll. dsb.

Tapi di atas semua, kreativitas adalah attitude yang harus dimiliki semua orang yang ingin bekerja di bagian kreatif!

Jumat, Februari 01, 2008

JADILAH PEMBOSAN, JADILAH ANAK NAKAL

Aduh! Ini nasehat kok jelek buanget ya??!! Hihi.. ya begitulah kalau kita mau kreatif! Harus nakal (paling tidak fikiranya), harus cepat bosan.. sebab dengan kedua cara itu kita akan bisa menemukan ide-ide yang outstanding…

Fikiran nakal (tapi bukan hanya berkonotasi jorok seperti pada kata ‘wanita nakal’ lho ya) akan membawa kita pada ide-ide yang tidak biasa. Keinginan untuk ‘jahil’ membuat kita selalu mengutak-utik ide atau pendapat yang sudah dianggap ‘mapan’ dalam masyarakat. Contoh ide karena ‘kenakalan’ ini banyak sekali kita temui..
“Bakso rudal”
“Bakso granat”
“Es pocong”
dll. dsb.
Nakal berarti memiliki kecenderungan untuk ‘to be different’.. dan itu bagus untuk memupuk kreativitas.

Sifat pembosan apa bagusnya? Haha… kalau kita berfikir positif, maka segala sesuatu itu pasti ada gunanya, bahkan sifat pembosan sekali pun!

Jadilah pembosan ketika anda tengah berada dalam tahap ‘seleksi ide’, bukan dalam tahap ‘membangun ide’.. maka anda akan lebih terdorong lagi untuk menemukan ide-ide baru yang lebih segar. Ungkapan seperti:
“Bosen ah, masak pakai format dialoooog… ‘mulu”; akan membawa kita pada pencarian format baru dalam bertutur dan berkomunikasi.

Karena kreatif itu ‘attitude’ maka perlu pula dipupuk segala sesuatu yang akan membangun creative attitude dalam diri kita. Salah satunya, ya sifat gampang bosan dan sifat suka berfikir nakal itu.

Enak kan kerja di bagian kreatif? Wong Cuma disuruh nakal-in apa pun yang kita lihat???

Enjoy your Life!

Senin, November 26, 2007

DARI MANA KAH SUMBER IDE??

Sungguh ini suatu pertanyaan sulit. Sesulit seperti menjawab pertanyaan: gimana sih cara mendapatkan ide? Wah. Mungkin jawabanya bisa panjang sekali, dan personal sekali. Tapi.. sungguh tak adakah cara untuk memberi 'clue' sedikiiit… saja darimana para creator iklan mendapatkan ide-ide mereka? Sungguh tak adakah cara untuk mempelajarinya?

Begini, Karena iklan adalah materi komunikasi, yang mengkomunikasikan keunggulan/manfaat produk kepada konsumenya (target audience & target market), maka semestinya ide bisa digali dari kedua arah…

1. Dari produk

Semakin banyak kita tahu mengenai produk, baik itu konsep penciptaanya, konsep penamaanya, cara membuatnya, kelebihan kekuranganya, manfaatnya, dll. dsb., maka akan semakin mudah bagi kita untuk menemukan ide. Dari pengetahuan paling sederhana hingga paling unik dari feature produk. Kalau perlu, coba dulu produk itu, istilahnya… milikilah 'experience' dengan produk itu! Sehingga kita tahu manfaat apa yang paling signifikan yang bisa kita dapatkan. Dan bukankah untuk manfaat itu pula konsumen akan membelinya??

2. Dari target market

Semakin baik kita bisa mengenali target, semakin besar kemungkinan kita bisa ‘berbicara’ dan ‘membujuk’ mereka. Kalau bisa, cobalah mendeskripsikan target secara spesifik, termasuk kepribadian, like and dislike, dream, fear, hobbies etc.

Coba bayangkan kita menjadi seperti mereka: apakah yang akan mempengaruhi mereka untuk mau mencoba dan membeli produk? Apakah saja yang menjadi pertimbanganya? Bagaimana kondisi psikologi target ketika melihat materi komunikasi kita? Apa saja media habbitnya dan kapan, serta dalam keadaan bagaimana ia menerima pesan kita? Lantas, bagaimana cara paling efektif untuk menarik perhatian serta simpatinya?
Seringkali, pengetahuan mengenai kondisi psikologi dan social target market bisa menuntun kita menemukan ide-ide yang outstanding, namun efektif. Ya.. memang belum tentu materi itu akan menang penghargaan, sebab 'creative award' seringkali hanya menilai ‘materi kreatif’-nya saja tanpa melihat bagaimana dan kapan materi itu ditayangkan.. sehingga mampu menimbulkan efek yang membahana seperti yang diinginkan.

Sebagai contoh, sebuah iklan sederhana berupa undangan (baik kata-kata maupun look-nya persis seperti undangan) untuk menghadari sebuah private exbition di suatu hotel mewah di Jatim. Yang membuat heboh, iklan itu berukuran double spread, ditaruh di halaman 2 dan 3 dari sebuah Koran terkemuka di Indonesia timur. Sebagai akibatnya, iklan ini menggeser rubrik berita utama ke halaman belakang. Pembaca banyak yang protes dan mengatakan betapa sombong brand tsb. dan sejujurnya, memang itu impact yang ingin didapatkan! Brand itu ingin di perceive sebagai barang super mewah yang hanya mampu dimiliki oleh para penguasa, yang mampu menggeser berita utama!

Dari segi materi iklan, tentulah sangat.. sangat biasa. Namun dari segi effect yang ditimbulkanya pada masyarakat Jatim... wow! Menggemparkan, persis seperti yang diinginkan penciptanya!

Selasa, November 20, 2007

BERCINTALAH SETIAP HARI

Halah… jangan salah dulu! Ini bukan artikel tentang seksologi, tapi teteup.. tentang copywriting. Sengaja saya ambil judul yang intriguing, biar orang tertarik…;)

Loh? Emang apa hubunganya bercinta sama copywriting? Apa bisa menambah kreativitas? Atau..apa?? Hihi..konotasi ‘bercinta’ yang saya maksud di sini bukan yang masuk kategori XXX lho, tapi yang romantis, yang hanya bisa dirasakan dalam hati.

Industri periklanan adalah bidang kerja yang penuh dengan tekanan, sehingga hanya mereka yang sungguh-sungguh mencintai pekerjaanya lah yang akan bertahan. Hanya dengan mencintai apa yang kita lakukan pula, kita takkan pernah lelah meski harus pulang malam (bahkan terkadang pagi), harus bekerja di hari libur, bahkan di hari raya! Dengan cinta pula, segala yang berat menjadi terasa ringan.

Apakah anda suka menulis? Maka hiduplah dari menulis! Bila anda bekerja di bidang yang anda cintai, maka bekerja bukanlah bekerja.. melainkan bercinta. So, bercinta lah setiap hari. Berangkat lah ke kantor dengan penuh suka cita, penuh pengharapan, penuh gairah.. seolah-olah di sana ada kekasih hati yang tengah menunggu untuk dicumbu.

Menjadi seorang copywriter berarti bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu (wuih, kayak jam operasionalnya ATM yach..). Sebab mencari ide tidaklah mengenal waktu.. dan selama ide yang oke belum ketemu, maka di sepanjang waktu itulah kita bekerja. Mungkin sambil nongkrong di café, mungkin sambil nongkrong di warteg, mungkin juga di WC. Bila kita tidak punya cukup banyak cinta pada apa yang kita kerjakan, maka matilah sudah.. hidup akan menjadi berat dan penuh beban.

Ada beberapa teman senior, yang bertanya pada saya: “Nu, loe apa ngga capek di periklanan? Gue udah sumpek..” Wah, kok saya ngga ngerasa seperti itu ya?:) Sumpek di suatu kantor, mungkin ya. Mungkin karena teman-temannya ngga asik, manajemennya ngga oke, tapi BUKAN karena pekerjaanya. Kenapa ya? Mungkin karena saya sangat mencintai apa yang saya lakukan.

Temukan cinta dalam pekerjaan anda, sebab hidup ini terlalu pendek untuk dilewatkan dalam keterpaksaan…

Rabu, November 14, 2007

BOLEH CUEK.. TAPI TETAP MENYIMAK!

Anak-anak di kantor heran ketika saya tahu trend-trend lagu yang lagi nongkrong di MTV ampuh. Tambah heran ketika mereka tahu saya punya file mp3-nya. Sementara saya juga heran, gimana mungkin mereka ngga tahu sesuatu yang sedang hot di TV, di radio-radio, bahkan di kalangan anak muda? Bukan saja karena anak-anak creative di kantor memang masih muda, namun bukankah mereka berada di industri kreatif? Bagaimana bisa out of dated ???

Untuk menjadi kreatif, otak kita harus mendapat informasi sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya. Kita harus menyimak, memperhatikan, mengikuti, apa pun yang sedang terjadi di sekitar kita. Tak perduli apa pun batasanya. Sebab ketika kita menggali ide, kita harus membongkar seluruh isi otak kita, seluruh pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang kita miliki. Nah, kalau kita tak pernah mengisinya, apa yang mau kita gali???

Mencari pengetahuan tidaklah perlu memiliki alasan. Saya selalu percaya bahwa setiap pengetahuan – seremeh apa pun itu – suatu saat pastilah akan menjadi sumber ide.

Pernah juga suatu kali, seorang AE menjerit ketika menemukan tabloid Nova di mobil saya: “Aduh…! Ngga pantes banget sih mbak Nunu, baca ginian???”
So?? Apa salahnya kalau saya ingin mengetahui apa yang disenangi ibu-ibu rumah tangga? Apa yang lagi hot di tengah mereka? Bahasa seperti apa yang mereka gunakan? Logika seperti apa yang mengalir di otak mereka? Iklan apa saja yang dipasang di situ? Bisnis apa yang hot di kalangan mereka? Saya bahkan membaca iklan barisnya! Apa saya memerlukan alasan logis untuk membacanya? Saya hanya ingin tahu. Untuk apa… entahlah. Tapi, suatu saat pasti berguna.

Seringkali ketika membantu writer membuat judul, mereka terkejut dan bilang:”wah, kok bisa kepikiran seperti itu ya?” Mungkin, itulah gunanya memenuhi otak dgn segala yang kelihatan ngga penting tadi! Ia tiba-tiba bisa meloncat keluar ketika diperlukan.

Seorang writer saya setiap hari selalu membuka situs ads of the world, dan yang lainnya selalu menyimak contoh-contoh iklan yang menang award dari seluruh dunia. Ngga apa juga sih… tapi hal ini membuat saya berfikir… jangan-jangan kita cenderung menjadi plagiator karena kebanyakan referensi iklan? Sehingga otak kita dipenuhi dengan iklan-iklan luar, yang pada akhirnya menjadi sumber ide – karena ia tenggelam jauh di bawah sadar kita – dan melahirkan output yang nyaris sama? Apakah karena itu, sulit sekali bagi kita untuk menjadi original? Dan apakah karena itu pula, copywriter jaman dahulu - yang relative sulit mengakses iklan dari luar- bisa lebih ‘Indonesia’ ketika menciptakan kata-kata? Slogan jadul seperti “Terus Terang, Philips Terang Terus’ … terasa sangat Indonesia, sampai-sampai ngga bisa di inggrisin!