Kamis, November 27, 2008

How To Use Power-Packed Headlines Online -- To Attract More Prospects And Profits! (part I)


Copyright © by Robert D. Boduch
behappy@total.net


Are you maximizing your marketing results by using headlines at every opportunity?

Few would argue about the crucial role headlines play in the success of offline ads and marketing materials. But headlines can also make or break your marketing efforts online, in several different ways.

To achieve online marketing success, you need to:

* Promote your most appealing and unique
competitive advantages…

* Take those advantages and turn them into a
persuasive sales message and…

* Convey this message to the right prospects.

Marketing is all about communication. And the more effective your communication, the more success you’ll enjoy. But your primary task is to first and foremost… attract an audience. That’s the primary job of the headline.

Headlines serve to both draw attention and inspire the interest of a selected audience by touching on a key area of sensitivity -- otherwise known as the major “hot button” of your prospect.

Following are 6 ways you can cash in on the powerful, magnetic-appeal of headlines in your online marketing activities.

1) Web Sites. Every site can be made more effective by leading off with a benefit-packed headline. In fact, every page of a site can be improved this way.

If you want visitors to spend some time exploring your offerings, tell them up front the reasons why they should stay. Do this in the form of a headline. Reveal to your site visitors what each page offers in an exciting way that appeals to their own self-interest.

2) Signature Files. In most exchanges with prospects via e-mail, you can benefit by adding a signature file to your outgoing messages.

Signature files can also be used at the bottom of articles, reports and discussion group postings. When they read like a compelling headline, they have much more impact. They give the reader (your prospect) an opportunity to take additional action to further strengthen the relationship between the two of you (potential buyer & seller).

The best signature files are difficult for prospects to resist and usually feature a strong offer that’s specifically relevant to the type of person likely to see your signature file.

(to be continued..)

Rabu, November 26, 2008

THE POWER OF SLOGAN


Slogan yang dipelihara terus-menerus dalam kurun waktu yang lama hingga menjadi bagian dari brand identity, memiliki keunggulan tersendiri. Namun seringkali hal ini tidak disadari oleh pemilik brand, yang dengan mudahnya mengganti slogan yang sudah menancap kuat di benak konsumen.

Memang sih, alas an penggantian itu bisa sangat beragam dan masuk di akal. Misalnya, penggantian slogan Phillips dari “terus terang Phillips terang terus” (damn, I like it so much!) menjadi ……..(mbuh, aku nggak inget) karena Phillips sebagai sebuah umbrella brand untuk serangkaian produk elektronik tidk bisa terwakili dengan slogan terdahulu yang lebih merefleksikan kualitas lampu Phillips doang. Masuk akal ya? Namun tindakan sedemikian (bagaimana pun juga) menurut saya adalah tindakan yang mementahkan investasi yang telah dilakukan sebelumnya. Yup. Tindakan komunikasi pemasaran yang di dalamnya termasuk memperkenalkan slogan suatu merk, adalah sebuah investasi. Bahkan meskipun jika kegiatan itu hanya bersifat tactical.

Email blast berikut ini bisa memberikan kita gambaran, bahwa slogan yang kuat bisa menjadi identitas merk yang kuat, yang bahkan menjadi “bahasa” tersendiri untuk digunakan “cengengesan”…

Email blast ini bisa jadi promosi gratis bagi brand-brand yang dibawanya… Ngga tertutup kemungkinan loh kalau Unilever kelak melakukan hal-hal seperti ini: suatu cerita konyol ataupun menyentuh yang bakal melibatkan slogan-slogan brand mereka:
Sabun kecantikan bintang-bintang international
Play with beauty
Cara sehat untuk mandi
Membersihkan paling bersih
Dll.
Sehingga, cerita itu bisa menjadi bagian dari corporate campaign-nya Unilever…

Nah, coba simak kisah berikut…

Alkisah ada 3 orang saudara, sebut saja mereka Vira, Voni, dan Veni yang dinikahkan secara masal oleh orangtuanya. Setelah itu mereka pergi berbulan madu bersamaan. Kalau Vira pergi ke Pulau Batam, Voni pergi Ke Kepulauan Seribu dan
Veni si bungsu pergi ke Bali

Namanya orang Tua sayang sama anak, selama mereka berbulan madu kedua Orang Tua mereka minta dikirim kabar tentang segala yang terjadi selama mereka berbulan madu.

Tapi agar berita yang dikirim singkat dan tidak terlalu Vulgar, mereka menggunakan Kode/Sandi tentang moto-moto Iklan.
Supaya praktis dan murah, berita dikirim lewat SMS.

3 hari setelah kepergian anak mereka berbulan madu, diterimalah sebuah SMS... yang rupanya dari VIRA di Pulau Batam. Isi beritanya cukup sederhana, "STANDARD CHARTERED". Setelah membaca berita tersebut mereka mencari Iklan Standard Chartered di koran dan terbacalah tulisan besar berbunyi, "BESAR, KUAT dan
BERSAHABAT!" .
Tersenyumlah kedua orang tua mereka membaca berita dari Vira.

Hari ke 4 datang SMS kedua, yang rupanya berasal dari Voni di Kepulauan Seribu. Isi beritanya juga cukup singkat yaitu,"NESCAFE" . Setelah membaca surat tersebut, dengan tergesa-gesa kedua orang tua mereka mencari koran dan membaca Iklan NESCAFE yang berbunyi, "NIKMATNYA SAMPAI TETES TERAKHIR".
Maka kedua orang tua mereka pun tersenyum bahagia sambil sedikit haha.. hihi..

Hari ke 5 ditunggu tidak ada berita/SMS yang datang.
Hari ke 6 begitu pula tidak ada sebuah SMS pun.
Hari ke 7 begitu pula tidak ada kabar dari anak bungsu mereka si Veni yang berbulan Madu...

Memasuki hari ke 8... akhirnya kedua orangtua mereka menerima SMS juga dari Veni yang berbulan madu di Bali dan isi beritanya cukup singkat, " CATHAY PASIFIC". Segera kedua orang tua mereka mencari Iklan penerbangan Cathay Pasific yang ada dikoran, dan dijumpailah iklan penerbangan dengan tulisan besar:

"7 KALI SEMINGGU, 3 KALI SEHARI, 5 JAM NON-STOP"

Selasa, November 25, 2008

A (Childish) King Named Consumer


Artikel berikut saya ambil dari tulisan Bambang Sukma Wijaya.

Seperti pernah saya tulis sebelumnya, bahwa salah satu sumber ide adalah pengetahuan kita mengenai target audience, yang juga biasanya merupakan konsumen produk/jasa dari brand yang kita tangani. Oleh karena itu, tulisan ini bisa menjadi gambaran, bagaimana perilaku konsumen terhadap suatu produk tertentu.

Bila anda menangani kategori produk berbeda, maka pasti consumer behaviournya juga beda. Namun, tulisan ini lumayan lah buat membuka wawasan para copywriter pemula, bahwa menulis naskah iklan bukan hanya tentang judul dan slogan, bukan hanya tentang kata-kata indah. Namun juga dibutuhkan pengetahuan mendasar dalam hal marketing dan branding.

Selamat menikmati!

Have you ever been fed up to the children’s act? They’re crying when you don’t give what they want. They protest when you don’t put enough attention. Like children, consumers are also having the same characters. Of course the consumers are not our beloved children, but, unfortunately, they–as the traditional wisdom says—are the king. So, we have to understand their characters in order to preserve them.

I’m very important

Look at a consumer who attends a shop. They want to be served especially, even they only look around or just window shopping. They want to be always being heard, and if they feel ignored, they would sulk.
Like a child, they will show their dislike or do something annoying to get our attention, such as complain in yelling or write to newspaper with words full of hatred, and then they moved to other shop or brand to express their protests. They mope because we had failed to make them the very important attentively, treat them with care, and the most important, love them.

My own must be better than my friend’s

Ichal, an employee who offices at Menteng, just changed his cellular to the latest model as he
and actually she doesn’t really need the feature also. “I just want to try it while it was in the
free-tariff promo and wanted to show my sophisticated phone,” she said as she laughs.
Rahmat Susanta, editor in chief of Marketing magazine has approved upon the facts.
According to him, the consumers sometimes ask for features that not exist in their product while their friend’s or other people’s have it, even they might not need or use the features it self. “They envy if other people’s have more,”

In the telecommunication market, we can see many costumers complain, either about the operator (service provider) or the handset. Our research revealed that some respondents have moved from one operator to other operator as their complain. And when we ask them, they really have a lot of expectations on their chosen operator service. The tariff must be low, the credit Reload must be easy, the network has to be excellent, and it has to have a lot of bonuses and features, and so on. There is no other way to win their heart except understanding them like we
understand our own child. It means we listen to them seen it in a magazine. He assured
that his friends have not having one of those. “It feels cool to own something that others haven’t own it,” he revealed as he shows his Nokia E90. Erna, a MarkComm Mercu Buana University student, revealed that she has moved recently to another operator because it offers more
sophisticated 3G services than her friend’s operator, even that means she had to buy a new handset that provide 3G which is more expensive. When her friends only make calls and send SMS, she does video call and chatting. It makes her proud. But now, she doesn’t use the 3G services anymore because the promo has ended and the operator are now charging the service,
Susanta said. He gave an example of many people has chosen operator with free roaming service, even though 90 percent of them are rarely out of town. That’s why we have to be
smart on reading what the consumer wants. It might be unrealistic and frustrating, but
that’s how a child does. “They always demand what they wants or needs are available in
time,” Susanta adds.

So, if we have the patience or experience of taking care children, we probably could
successfully handle our consumers. Let’s prove it!

Kamis, November 20, 2008

LAGI KRISIS, ENAKNYA NGAPAIN??!!


Ada seorang teman – pemilik perusahaan – berbisik pada saya untuk “tiarap” dulu. Artinya, ngga ada rekrutmen besar-besaran. Ngga ada belanja di atas anggaran. Ngga ada “party”… kira-kira begitu deh.

Bagaimana cirri krisis tengah melanda kantor kita? Gampang. Coba perhatikan: apakah kantor menjadi lebih sepi? Apakah load kerja menurun? Apakah anda tiba-tiba bisa menikmati “kemewahan” karena pulang masih bisa lihat matahari? Enak siiih… tapi hati-hati, itu bisa jadi tanda kalo kantor anda lagi krisis! Nah lho.

Saya perhatikan, banyak orang yang tidak bisa menggunakan waktu luang mereka secara cerdas. Saya sering lihat (bahkan anak magang sekalipun!) yang menghabiskan waktu mereka hanya dengan nge-GAME! Ya ampyun… Kalo hanya beberapa menit sih oke, untuk selingan. Tapi kalau sampai ber jam-jam? What a waste!

Bagi saya, masa krisis adalah masa tenang, masa belajar, masa kita memberi waktu untuk diri sendiri. Beres-beres file, baca buku, belajar lagi. Belajar? Kenapa tidak?!

Seorang copywriter seharusnyalah juga seorang pembelajar. Kalau dia tak suka belajar, saya jamin, bakal stress deh jadi copywriter! Secara kerjanya emang tiap hari mempelajari produk dan target audience…

Masa krisis adalah kesempatan kita untuk mengisi batere – mengisi otak kita dengan segenap informasi yang kita minati. Kalau biasanya kita ‘terpaksa’ melalap informasi dari client service, maka kini lah saatnya kita melalap segala hal yang kita sukai. Menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal yang selama ini kita rindukan.

Kalau selama ini anda selalu mengeluh, bahwa brand yang anda pegang (termasuk client) tak pernah memberi keleluasaan bagi anda untuk menciptakan karya yang bagus, maka kini lah saatnya anda menciptakan sesuatu yang menurut anda benar-benar bagus! Kini lah saatnya anda unjuk gigi, menciptakan iklan (atau portfolio lain) yang betul-betul murni dari campur tangan client. Cobalah buat sebuah iklan layanan masyarakat.

Mulai sekarang, cobalah amati issue-issue besar apa yang sedang hot di tengah masyarakat kita. Apa yang dapat anda lakukan untuk itu? Apa yang dapat anda katakana kepada masyarakat luas tentang hal itu? Show your thought!

Membuat sebuah iklan layanan masyarakat adalah salah satu cara paling mengasyikkan untuk Show Off.

Buatlah, lalu pajang di blog anda! Itulah portfolio anda. Itulah cara cerdas memanfaatkan krisis!

Rabu, November 19, 2008

YOUNG COPYWRITER NEEDED!


Ada lowongan aneh nih, soalnya membatasi umur dan nggak perlu-perlu amat portfolio yang canggih! Silahkan bagi yang berminat...

kalau kamu kelahiran sekitar tahun 84 keatas, suka nulis, suka dunia online, kirim CV kamu ke iim@virus-communica tions.com dalam 1 minggu ini.

Ngga perlu portfolio macem-macem. Cukup share link blog plus link profile kamu di social networking (FS, Facebook, Myspace atau apa aja yang kamu punya) di CV yang kamu kirim. Kandidat yang menarik akan dihubungi via email dan phone.

Kalo jodoh, kamu bisa bergabung dengan another 40 people di kantor ini dan bekerja under supervisi Adhitia Sofyan, Creative Director Virus and Independent Musician.

FYI, kerja di Virus akses internetnya ngga dibatasi, ngga ada site-site asik yang di blok karena dianggap bikin ngga produktif. Malah yang ada kalo ngga internetan ngga lulus probation hehehehe

Selasa, November 18, 2008

I HATE CARREFOUR! (Contoh Kasus Bad Brand Experience)


Mengelola brand di jaman keterbukaan ini emang kudu hati-hati ya? PR, periklanan, event, ambient, brand experience, semua harus dipertimbangan betul agar saling sinkron, bukannya saling merusak. Meski PR dan Periklanan-nya yahud, kalau Brand experience nya ancur, bisa membahayakan masa depan brand juga…

Carrefour adalah salah satu contohnya.

Datang menggebrak pasar dengan keberanian dan agresivitas yang luar biasa tinggi, kini Carrefour menjadi raksasa retail yang menggetarkan. Konsumen pun berbondong-bondong berpindah dari supermarket ke hypermarket. Makro –pemain terdahulu- pun ikut kegencet dan akhirnya membebaskan non-member berbelanja juga di gerainya. Program-program promosi harga khusus, customer loyalty program, sampai undian berhadiah yang dipromosikan besar-besaran telah membuat Carrefour menjadi leader di segmen hypermarket. Bahkan, kini Carrefour meluncurkan toko lebih kecil (Carrefour Express) yang lokasinya berdekatan dengan pasar tradisional. Seolah-olah Carrefour adalah raksasa serakah yang ingin berebut rejeki dengan pedagang kaki lima.

Saya akui, manajemen Carrefour hebat dalam mengembangkan volume perusahaan. Namun, pernahkan mereka memikirkan image brand itu sendiri? Bagaimana image Carrefour lima, sepuluh, bahkan dua puluh tahun ke depan?!

Entanh seberapa banyak keluhan orang tentang Carrefour, yang bisa kita baca di beberapa media. Mulai perbedaan harga antara tag di rak toko dengan di kasir, kecelakaan pengunjung anak-anak (ingat kasus anak tertimpa rak di Carrefour Mangga Dua?), cepat habisnya barang promosi, sampai keluhan supplier UKM yang tak sanggup menyewa space ?

Mungkin semua itu bisa diabaikan oleh manajemen, atau diselesaikan secara kekeluargaan (entahlah apa memang begitu). Tetapi berita yang sudah menerpa benak konsumen akan mengendap dalam bawah sadar mereka dan menjadi potential bad brand experience.

Contohnya, saya pernah mendapati selisih harga di rak dan di kasir. Ngga besar sih, tapi sempet bikin kesel juga. Hal ini tiba-tiba me-recall ingatan akan beberapa surat pembaca di media yang pernah say abaca, yang mengeluhkan hal yang sama. Juga mengingatkan saya pada keluhan Yeni, teman sekantor, yang pernah pula mengalami hal yang sama. Lah! Ternyata hal ini udah menjadi word of mouth di lingkungan saya! Apa dampaknya? Bad Brand Experience. Dan ini menjadi satu alas an mengapa saya malas belanja ke Carrefour. Padahal, kerugian saya bisa dibilang nothing dari pengalaman saya sendiri lho? Cuma beberapa perak, masih mahalan biaya parkir deh…

Alasan lain kenapa saya malas belanja di Carrefour adalah adanya antrian yang sangat panjang… padahal saya belanja hanya sekeranjang! Huh. Untung banget kagak, capek banget iya! Begitu yang tertanam di otak saya.

Pada saat itu, saya lebih memilih untuk berbelanja di Alfa Kebayoran, yang tiap hari saya lewati, karena terletak di jalur pulang kantor. Enak. Sambil jalan pulang, bisa belanja, bebas parkir, ngga antri, ada diskon member lagi! Begitulah. Untuk berbagai keperluan bulanan, saya belanja di Alfa secara rutin.

Tapi… beberapa waktu kemudian, Alfa Kebayoran berubah menjadi Carrefour express. Saya pun kembali mengalami bad experience itu: ada selisih harga antara tag di rak dan di kasir, serta (ini yang nggak nahan!) antiran panjang di kasir…. Huh! Kini, saya tak lagi mampir ke sana. Tak ada lagi belanja bulanan. Saya lebih suka menyuruh pembantu belanja di toko dekat rumah…

Kini, tersimpan satu lagi alas an saya membenci Carrefour: ia telah merebut tempat belanja bulanan saya!

Kalau dulu, ketidak senangan saya ini paling Cuma didengar oleh satu-dua teman serta kerabat, maka kini, ketidak-senangan ini bisa dibaca oleh puluhan ribu pengguna internet! Bisa saya posting di blog, bisa di berbagai milis. Word of mouth yang dahsyat, bukan?!

Brand yang dirancang agar panjang umur, semestinya memberi perhatian ekstra terhadap hal-hal sedemikian. Bukan sekedar melayani pelanggan, namun juga melayani komunitas.

Seorang copywriter, sekali lagi, harus tetap jeli memantau apa pun yang terjadi dengan brand yang sedang mereka tangani. Sebab seorang copywriter yang baik tidak akan membatasi job-desc-nya hanya dengan membuat naskah dan mengeksekusinya. Seorang copywriter yang baik adalah seorang yang ikut memahami, bahwa membangun sebuah brand adalah laiknya membangun karakter di tengah masyarakatnya.

Ketika saya memegang Lifebuoy, saya turut serta berkeliling ke daerah-daerah pelosok di Lampung, di mana saya mendapati rakyat begitu miskinnya, sehingga mereka bahkan tak mampu membeli sebatang sabun pun (padahal saat itu 1 bar Lifebuoy Cuma seharga Rp 300,-). Lantas apa yang terjadi? Di sana, para penjual membelah Lifebuoy menjadi tiga, dan menjualnya Rp 100,- per potong. Tentu saja dengan bungkus apa adanya, karena packagingnya tidak di desain untuk diperlakukan demikian.

Nah, ketika tiba saatnya untuk meluncurkan Lifebuoy ukuran mini dengan harga Rp150,- per bar, maka saya sudah sungguh-sungguh memahami bagaimana latar belakang dan feature dari prospect customer saya. Ini membuat komunikasinya menjadi lebih ‘mengena’ karena saya tahu pada siapa saya berbicara… (materi launch nya berjudul Lifebuoy “terjangkau”). Materi ini memenangkan 2 penghargaan sekaligus. Yakni Golden Award dan Ad of the Year dari Lintas Intern Competition “Ad of the Quarter”.

So, copywriters, ingat: perlakukanlah brand yang sedang anda tangani seolah-alah ia adalah anak yang anda lahir dan besarkan dengan hati-hati… perhatikan lingkunganya, perhatikan kesehatanya, perhatikan juga masa depannya. Dengarkan suara target market dan audience anda!

Senin, November 10, 2008

GET SICK!

Bukan, bukan saya lagi sakit.. tapi saya ingin menghimbau anda semua yang bekerja di bidang kreatif untuk ‘get sick!’

Aha.. apa maksudnya ya?

Pernahkan anda mendengar kalimat “I get sick of it!” untuk merefleksikan kebosanan, kelelahan dan kejenuhan seseorang akan sesuatu? Nah. Itulah maksud saya. Saya ingin anda semua memiliki perasaan itu, pada segala sesuatu yang sedang anda lihat, dengar, raba dan rasakan. Hih. Ajakan yang aneh… begitu mungkin yang anda fikir.

Tapi, suer, ajakan saya ini adalah inti dari kreativitas! Loh??!!! Koq gitu siiih..??!

Hihihihi…kayak judul lagu aja.

Gini deh biar gamblang:
Ketika anda diminta untuk membuat iklan suatu produk mode (fashion collection), apa yang pertama kali melintas di kepala anda? Gambar-gambar aneka model baju, catwalk, peragawati, foto yang indah, warna, wajah cantik dan tampan? Nah. Saya yakin 99.9% orang akan begitu.

Kebanyakan orang akan berkarya di seputar visual, sebab ini fashion bung! Hari ini, coba buka majalah, Koran, dll. untuk melihat iklan fashion. Lihat iklan Metro dan Sogo dept. store. Nggak jauh-jauh khan dari deskripsi itu? Yang membedakan mungkin hanyalah style, taste, sedikit imbuhan ‘konsep’. Misal: konsep “what to do list” yang dipakai Metro Big Sale kali ini.

Nah. Untuk bisa menciptakan karya yang benar-benar kreatif, maka seorang creator harus memiliki rasa muak, bosan dan alergi dengan “kebiasaan” dan hal-hal umum itu.

Cobalah berfikir menentang arus:
“Kenapa sih, semua iklan tentang fashion harus ada gambar? Bisa nggak sih, gue ngejual mode hanya pake kata-kata???!!!” (secara yang nulis copywriter )

Nah! Pertanyaan ekstrim seperti ini, yang dimulai dari rasa “sick of it”, rasa muak pada kemapanan dan kelaziman, bisa menuntun anda untuk mencipta suatu karya yang betul-betul berbeda.

Salah satu pemenang London International Awards 2006 adalah serangkaian poster produk fashion Tate Britain, yang isinya hanyalah judul dan naskah. Tanpa gambar apa pun kecuali logo merk itu sendiri.

Berikut adalah judul yang mereka pilih…

The I Have a Big Meeting Collection
The I’m Hungover Collection
The I’ve just split up Collection

Judul-judul ini lalu diikuti serangkaian bodycopy panjang yang memenuhi halaman.

Tidakkah judul-judul itu membuat anda ingin membaca bodycopy-nya?

NB.
Iklan dan materi promosi lain pemenang London International Awards 2006 telah saya rangkum dalam sebuah eBook dan saya berikan GRATIS bagi forum member. Silahkan donload di copywritingskill.com

Jumat, November 07, 2008

SORRY, HARGA BUKUNYA NAIK


Biarpun pemerintah menurunkan harga BBM, tapi saya malah menaikkan harga buku saya yang berjudul "How to Become a Good Copywriter". Loh?!

Habis, banyak nih pembeli yang mentransfer Rp50 000,-.. daripada saya pusing ngembaliin, mending saya naikin sekalian! Aneh ya?! Hahaha...

Nah, bagi teman-teman yang udah order dan udah dapetin order number untuk harga lama, tetap mendapatkan harga lama kok, jangan kuatir!

Oh ya, bagi yang mengorder eBook gratisan.. tolong BACA DENGAN TELITI: kebanyakan eBook gratisan itu HANYA UNTUK MEMBER FORUM dan tidak saya jual. Jadi, bagi yang bukan member forum tapi tetep mengorder, itu hanya akan menunjukkan kualitas diri anda: NGGA TELITI dan MALES BACA. Nah lo! Padahal dua hal itu tabu banget deh buat seorang copywriter...!

Alamak. Galak banget saya pagi ini, jum'at-jum'at juga... maklum lah lagi kena PMS syndrome...:)

Thanks and sorry...

Kamis, November 06, 2008

Manajemen Stress by Stephen Covey

Gara-gara krisis, banyak client yang 'tiarap', agency jadi banyak yang wait and see.. banyak orang yang stress.. saya udah mencoba menulis mengenai ini, tapi ngga jadi-jadi..huhuhu...

Akhirnya saya nemu artikel ini, yang lumayan buat memberi sedikit pencerahan... mudah-mudahan berguna juga buat anda!

Selamat membaca...!!

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey
mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya :
"Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?"

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya.. ., tapi tergantung berapa
lama
anda memegangnya. " kata Covey.

"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya
memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya
memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan
ambulans
untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya
memegangnya,
maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak
akan mampu
membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut,
istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat
lebih segar & mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari
pekerjaan sore
ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat
diambil lagi
besok.
Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak
jika
bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. ..
Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau
disentuh,
tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.