Ini adalah salah satu istilah dalam buku saya, yang ditulis oleh Haryani Soenarso, mantan CD di Lowe yang kini mengajar di UPH. Di situ dia mengingatkan kembali letak pentingnya sebuah BRIEF dalam proses kreatif! Kalau brief-nya kayak sampah, ya udah deh… keluarnya ya kayak sampah…! Gitu katanya.
Istilah itu terngiang di telinga saya tadi malam, ketika saya menemani satu tim lengkap sedang melakukan brainstorming di kantor. Tadi malam?!! Yup. Tepatnya jam setengah sebelas malam tanggal 18 Agustus 2008, yang di dalam penangggalan dikasih warna merah itu loh…?!!! Yak, betul, kami sedang BEKERJA, nglembur! Huaaa…!
Memang sih, idealnya suatu brief itu bisa memberi kita inspirasi. Tapi, gimana dong, kalau suatu saat kita menerima pekerjaan yang ngga ada brief-nya??! Well, ini dunia yang tak sempurna, kawan! Shit may happen, khan?
Seorang pekerja kreatif yang tangguh adalah mereka yang selalu mencoba menemukan jawaban atas ketidakmungkinan. Wuee… (sok) keren ya? Kalau ini bisa kita lakukan, maka saya jamin, bukan anda yang terpaksa melamar ke sana ke mari mencari pekerjaan; melainkan perusahaan dan para headhunter lah yang bakal sibuk memburu anda!
So, bagaimana caranya kita mengerjakan tugas semacam ini?
Pertama-tama, cobalah untuk memahami dulu apa permasalahanya (coba baca postingan saya berjudul ‘a shortcut to ideas’). Caranya: gali keterangan sebanyak mungkin tentang produk, target audience, peta persaingan dan positioning dari para pesaing tersebut.
Brief ‘sampah’ biasanya masih bisa menyediakan informasi-informasi tersebut. Nah, kini tugas anda adalah mencari kemungkinan positioning! Hal yang biasanya sudah ada dalam sebuah brief.
Bagaimana positioning itu bisa anda dapatkan?
Saran saya: buatlah slogan studies, sebanyak-banyaknya! Galilah slogan dari product knowledge, target audience, bahkan dari niche market yang mungkin tersedia di pasar…
Selasa, Agustus 19, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Sore Ibu Nunu,
Saya ada sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan Garbage In = Garbage Out dan pekerjaan saya. Sebelumnya, pekerjaan saya adalah seorang produser di sebuah rumah produksi di Jakarta. Saya biasa menangani produksi video profil, video advertorial, tv program, dokumenter dan sesekali PSA. Dimana brief untuk produksi umumnya saya dapat dari client management/ client service/ divisi marketing di kantor. Atau, terkadang dari manajemen tingkat atas berdasarkan business development yang telah dikembangkan. Tidak jarang saya menemui brief yang bisa membuat kepala pecah atau ingin rasanya marah kepada client service karena memperoleh brief yang kurang lengkap. Yang ingin saya tanyakan, untuk kasus Ibu Nunu, bagaimana sih brief yang baik itu? Kalau saya di kantor biasanya brief yang baik adalah mencangkup informasi mengenai apa yang akan dikerjakan (video profil, advertorial, dokomenter, dll), tentang apa isinya, kenapa klien ingin kami membuatnya, tujuan yang ingin dicapai klien dengan produk yang akan saya kerjakan nanti apa, target audiencenya siapa, dan kapan waktu delivery-nya. Siapa tahu, brief yang baik menurut Ibu Nunu bisa saya tambahkan atau terapkan di lingkuangan pekerjaan saya.
Sebelum dan sesudahnya, mohon maaf bila ada hal yang tidak berkenan dan terima kasih.
Salam,
Kristianto
Posting Komentar