Senin, Februari 04, 2008

Dipilih Benar Biar Hidup

Ajaran CD saya yang sangat tertanam di benak saya semasa junior copywriter adalah radio itu seperti theatre of mind. Waktunya hanya 30 detik (masa itu) tapi kita harus "sakti" memainkan emosi pendengar. Pandai-pandailah membuat naskah iklan radio yang bisa menghanyutkan para pendengar radio alias tidak membuat mereka menggerutu karena iklan buatan Anda terasa membosankan atau "basi". Pelajaran kedua yang tidak mungkin saya lupakan saat menciptakan naskah iklan radio adalah pemilihan talent voice over. Sekreatif apapun naskah radio Anda tidaklah berarti bila dia tidak bisa dihidupkan dengan pemilihan aktor atau pengisi suara yang berkarakter tepat.

Selain dari buku dan film, imajinasi masa kecil saya banyak berkembang lewat peran Sanggar Prathivi. Saat itu Sanggar Prathivi banyak mengeluarkan rekaman suara yang menceritakan kisah tradisional Indonesia seperti Timun Mas, Ande Ande Lumut, Bawang Merah Bawang dan Putih. Maria Oentoe, namanya tidak terlupakan. Suaranya yang keibuan, benar-benar lekat di benak saya, membuat saya selalu beranggapan inilah suara ibu yang bijak yang mampu meluluhkan resehnya anak-anak nakal. Pengalaman saya mendengar dari kaset-kaset cerita dari Sanggar Prathivi adalah wujud nyata theatre of mind saya ketika kecil. Lewat kekuatan suara, saya bisa membayangkan seperti apa wujud nenek sihir, baik hatinya Bawang Putih, judesnya ibu tiri, besarnya raksasa.

Contoh lain, di masa jayanya iklan rokok Marlboro dan Bentoel, suara Tono Sebastian bagi saya saat itu benar-benar memberi nilai lebih iklan tersebut. Menimbulkan kesan, bagi saya yang anti rokok, kalau rokok ini memang untuk pria sejati. Bayangkan, orang yang anti rokok bisa berkomentar demikian? Kekuatan suara yang berkarakterlah penyebabnya.

Kembali ke cara memilih aktor untuk naskah iklan radio. Menurut saya, saat Anda membuat naskah itu sendiri sebaiknya Anda juga sudah membayangkan karakter yang ada. Misalnya, berbadan besarkah dia? Berapa usianya? Apa latar belakang sosial ekonominya? Orang Minang asli atau bergaya Cinta Laura? Tipe judeskah dia? Tipe suami takut istrikah dia? Berwibawakah dia? Remaja yang centil atau tegaskah dia? Bila Anda sudah yakin dengan karakter yang Anda buat, mulailah mencari jenis suara yang menurut Anda bisa menghidupkan karakter itu. Di sini peran diskusi antara copywriter dan produser radio pun mulai hidup. Biasanya studio rekaman yang bagus memiliki deretan pengisi suara yang bisa diandalkan. Seorang pengisi suara atau voice over talent berpengalaman bisa memainkan karakter yang berbeda, tentunya sesuai arahan naskah Anda. Tapi jangan menutup kemungkinan untuk mencoba talent baru. Namanya juga bekerja di bidang kreatif, ya harus kreatif juga mencari jenis suara yang berbeda dong? Kalau tidak, bisa-bisa iklan radio Anda terdengar sama dengan iklan yang diputar sebelumnya karena pengisi suaranya sama.

Sekadar berbagi. Ketika saya harus membuat kampanye iklan radio obat batuk sepanjang 60 detik, saya usulkan pada klien untuk membuat sejenis drama radio yang berlatar belakang kehidupan masyarakat pedesaan. Tokoh utamanya adalah Wak Haji yang kondang di kampung sebagai penengah segala kerumitan hidup masyarakat kampung itu. Maka saya pun mencari "aktor" yang karakter suaranya bisa melambangkan kebajikan dan penuh kesabaran. Contoh lain, iklan radio Pemilu 1999. Iklan yang diminta adalah menjelaskan kepada publik bahwa untuk mendaftar menjadi pemilih, panitia Pemilu menerima apapun surat keterangan sah Anda. Terpilihlah kisah seorang waria yang hanya memiliki ijasah kursus kecantikan. Karakter suara waria yang diinginkan akhirnya kami dapatkan dari seseorang yang sama sekali belum pernah mengisi suara untuk iklan radio. Namun beliau memang bekerja di salon kecantikan dan gaya berbicaranya memang kemayu. Waktu recording berlangsung cepat dan begitu hidup karena memang para aktornya begitu menjiwai, terlebih si aktor waria. Ketika iklan radio tersebut beredar, banyak orang yang tersenyum dan bisa membayangkan adegan percakapan si waria dan panitia pendaftaran. Alhamdulillah.

Semoga tulisan ini bisa membantu Anda untuk "menghidupkan" naskah iklan radio Anda. Pilihlah dengan benar pengisi suara untuk naskah iklan radio Anda agar saat diputar di radio nanti bisa membuat si pendengar tersenyum, terharu, atau terhanyut di tengah apapun aktivitas mereka. Jangan lupa, iklan radio adalah theatre of mind.

Tidak ada komentar: