Membaca tulisan Nunu yang berjudul "Bercintalah Setiap Hari", saya jadi ingat kejadian berikut ini. Di suatu agency multinasional, saya dan teman-teman kala itu diwajibkan mengisi time sheet. Oleh sekretaris General Manager, kami selalu diingatkan jauh-jauh hari, setidaknya selama hampir 7 hari sebelum akhir bulan, e-mail kami pasti diramaikan peringatan untuk tidak lupa menyerahkan time sheet pada waktunya. Tapi dasar kelakuan anak-anak departemen kreatif, kalau belum deadline, ya belum dikerjakan. Apalagi yang namanya mengisi time sheet. Nah, suatu kali, teman saya ini benar-benar dikejar harus menyerahkan time sheet-nya dalam waktu 10 menit.
Keesokan harinya dia dipanggil Bapak GM. Beliau mempertanyakan bagaimana dia bisa menghabiskan total waktu 36 jam dalam satu hari yang normalnya cuma 24 jam itu untuk mengerjakan suatu tugas? Entah si teman ini memang kreatif atau jago ngeles, dia menjawab dengan ringannya kalau itu memang waktu yang digunakannya saat menyelesaikan tugas, mulai dari mencari ide hingga eksekusi. Dia berkata, saat di kamar mandi dan sambil tidur pun, otaknya terus bekerja. Bapak GM jadi geleng-geleng kepala. Katanya, "Lain kali kalau 'ngarang time sheet yang masuk di akal.". Belakangan, teman saya ini mengaku di depan kami bahwa waktu mengisi time sheet itu dia benar-benar lupa kalau sehari itu cuma 24 jam, dia langsung main jumlah saja. Muncullah angka 36 itu. Yah.. itulah akibat dikejar deadline.
Terlepas dari kemalasan anak-anak tim kreatif mengisi time sheet, saya setuju dengan tulisan Nunu. Kita yang mencintai pekerjaan kita di dunia iklan ini pasti tidak keberatan dengan jadwal kerja yang panjang itu, 24 jam sehari 7 hari seminggu. Selama pekerjaan belum tuntas, otak kita pasti terus berputar walaupun kita sudah di rumah atau terkantuk-kantuk dalam perjalanan pulang. Belum lagi kalau harus menyelesaikan beberapa tugas dalam waktu yang hampir bersamaan, rasanya kita selalu kekurangan waktu. Stres kerap menjadi santapan harian anak iklan. Wajah-wajah jutek gampang ditemui kalau deadline sudah di hitungan menit. Saya pernah tegang dikejar deadline hingga ke dalam mimpi, terjadinya selama dua malam berturut-turut sebelum waktunya presentasi. Uuh... kalau sudah begini, sudah tidak sehat namanya!
Akhirnya saya belajar untuk membatasi diri. Kalau waktunya tidur, ya tidurlah tanpa embel-embel "halaah... gimana nih.. belum dapat ide...". Waktunya makan, ya nikmati yang benar rezeki Tuhan saat itu. Pas waktunya shalat, ya harus khusyuk, jangan 'ngebut demi kembali lagi ke meja kerja secepatnya. Ide pasti datang kok. Kata Creative Director saya dulu, makin dipaksa pasti makin terasa susah. Semua kan sudah lewat proses, jadi pasti ada saatnya muncul. Pekerjaan yang harusnya penuh cinta ini janganlah dibawa susah.
Dari hal-hal seperti tersebut di atas, saya mulai mengerti arti pentingnya mengisi time sheet untuk diri sendiri. Time sheet yang tidak asal isi alias apa adanya juga membuat kita bisa melihat cara kita bekerja sudah efektif atau belum.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar