Miris juga rasanya setiap saya membaca naskah iklan Indonesia yang mengandung kata "di" semacam berikut: "... di kejar anak-anak..." atau "... dimana ditemukan...". Kadang saya berharap kalimat-kalimat tersebut hanyalah kesalahan yang mungkin luput dari kejelian sang penulis naskah saat proofreading (walaupun seharusnya jangan sampai terjadi, namanya saja sudah "proofreading"!). Tapi semakin hari, sepengamatan saya, masih banyak penulis naskah iklan muda yang kurang bisa membedakan peran "di" sebagai bentuk kata kerja pasif atau "di" sebagai penunjuk keterangan tempat.
Salah satu unsur pelajaran Bahasa Indonesia di masa sekolah yang tertanam kuat di benak saya adalah bagaimana menerapkan kata "di" dalam kalimat secara tepat. Jika kata "di" hadir bagian dari kalimat pasif berarti ia harus ditulis menyatu dengan kata kerja. Ini artinya kalimat di atas haruslah ditulis "... dikejar anak-anak...". Namun untuk menunjukkan keterangan tempat, kata "di" haruslah ditulis terpisah dari tempat yang hendak diterangkan itu. Dengan demikian, contoh kalimat di atas haruslah ditulis "... di mana ditemukan...".
Mungkin kelihatannya sepele, tapi menurut saya, pengetahuan penerapan dua kata "di" yang tepat ini harus dimiliki setiap penulis naskah iklan Indonesia. Saya selalu beranggapan penulis naskah iklan Indonesia adalah salah satu ujung tombak pemberi contoh penulisan bahasa Indonesia yang benar pada masyarakat pembaca iklan-iklan kita. Bukankah kalau kita mengaku sebagai copywriter Indonesia sebaiknya tata bahasa yang kita gunakan juga adalah yang baik dan benar?
Jadi, kalau Anda ingin menjadi copywriter Indonesia yang baik, kenalilah juga pemakaian antara dua kata di" dengan baik. Kemampuan berbahasa yang baik juga menunjukkan kualitas diri kita, bukan?
Rabu, November 21, 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar