Kamis, September 15, 2011

COPYWRITING YANG ‘MEMPERKOSA’ BAHASA

Salah satu pngunjung web saya pernah bertanya:
Apakah benar, jika bahasa iklan dituding sebagai salah satu oknum perusak bahasa?
Hehe...

Saya nggak mau jawab ah, soalnya saya bukan polisi bahasa. Tapi pertanyaan itu telah mengusik kembali perhatian saya ketika melihat iklan krim pencerah kulit yang menggunakan kata-kata “putih merona” (hei, bukankah seharusnya merah merona?) untuk menggambarkan kulit putih yang tidak pucat (seperti halnya kulit putih yang dihasilkan oleh krim ber merkuri).

Sialnya (atau untungnya ya?) kata-kata ini kemudian digunakan lagi oleh salah satu sabun wangi yang mengklaim produknya mampu mencerahkan kulit dalam waktu 3 minggu. Mereka juga memakai istilah ‘putih merona’ untuk menggambarkan hasil kulit cerah.

Jauh sebelum itu, ada produk kecantikan juga yang mengklaim mampu menghasilkan kulit “seputih langsat” (biasanya khan kuning langsat ya?). Bahkan produk ini mengklaim “putih langsat” sebagai putihnya kulit orang Indonesia.

Hehe...”memperkosa bahasa” atau “memperkaya bahasa” kah kedua copywriting ini?

Terserah...

Kepentingan bahasa iklan adalah menjadi berbeda, agar diingat, dan tetap relevan dengan promise of the brand...

Jadi jangan heran kalau suatu saat akan ada istilah “terang gulita”, “gelap benderang” , “putih kelam” atau “hitam bersih”...

Dianggap memperkosa? Nah lho!
Jawab sendiri deh

Tidak ada komentar: