Jumat, November 30, 2007

Punten euy...

Berhubung saya dapat kesempatan untuk pergi ke Baitulloh pada musin haji akhir tahun ini, maka saya mohon pamit untuk tidak posting dulu selama beribadah...

Saya cuti dari tgl. 3 Des 2007 - 31 Jan 2008 (luamaa... ya..??)

Mudah-mudahan kontributor lain ada yang mengisi selama saya pergi. Makasih...

Kamis, November 29, 2007

MENGKOMUNIKASIKAN LUXURIOUS PRODUCT

Beberapa tahun lalu, public (pembaca Kompas khususnya) pernah dihebohkan oleh iklan launching The Pakubuwono Residences. Dimana pada saat itu ada tiga halaman yang nyaris kosong dan hanya diisi oleh sebaris kalimat di tengah-tengahnya, dengan bunyi sebagai berikut:
Once Upon your lifetime, The Pakubuwono Residences present you all the finest thing in life ….”(maaf, saya lupa terusanya).

Banyak orang periklanan sendiri, mengajukan pertanyaan seperti ini pada kreatornya:
“Gimana cara loe ngibulin client?”
Ya, secara kasat mata, yang bisa dilihat dari iklan itu adalah: what a waste of money! Kenapa? Karena dari segi creative work-nya yach… Cuma segitu-gitu aja… ngga award-winning type gitu loch…! Jadi… ya emang wajar sih kalau timbul pertanyaan begitu (walaupun, jujur, pertanyaan ini menyinggung perasaan sang creator).

Kita semua tahu, client bukanlah mahluk bodoh yang gampang dikibulin, apalagi kalau mereka adalah orang-orang professional yang mendapatkan posisi karena kepandaian mereka. Benarkah mereka bisa dikibuli oleh mahluk aneh dari dunia periklanan???!
Mengapa tak pernah terfikirkan, apa sih pemikiran yang ada di balik materi iklan itu, sehingga sang client mau menyetujuinya? Mau membelanjakan uang sebanyak itu? Untuk apa? Nah. Itu baru pertanyaan!

Ketika kita mau mengkomunikasikan suatu produk yang sangat mewah, maka kita berhadapan dengan satu segmen masyarakat yang sangat spesifik, dengan psikografi unik, yang jumlahnya mungkin tak sampai 2% dari total penduduk Indonesia saat ini. Pengetahuan kita mengenai bagaimana mereka berfikir, bergaul, bermimpi; menjadi sangat penting, bahkan lebih penting dari pada pengetahuan kita mengenai produk itu sendiri. Mengapa? Karena pada level itu, semua produk ibaratnya sama bagusnya! Sehingga ketika kita membicarakan kelebihan salah satu produk (rational benefit) maka akan sangat mudah dipatahkan oleh produk pesaing. Sehingga, satu-satunya cara untuk menarik minat mereka adalah dengan menciptakan suatu preferensi (like & dislike) terhadap produk, atau menciptakan emotional benefit.

Sebagai deskripsi, ketika seorang lelaki dihadapkan pada dua wanita yang sama-sama cantik, sama-sama sexy, sama-sama menarik, sama-sama memiliki score 99.9, maka factor apakah yang akan mendorong dia untuk memilih salah satu diantara keduanya? Itulah yang perlu difikirkan!

Dalam kasus iklan The Pakubuwono Residences, hal itulah yang coba dilakukan. Yakni memberi kesan bahwa ini produk mewah yang sangat langka, yang hanya datang sekali seumur hidup. Begitulah komunikasinya dikemas, termasuk untuk ukuran medianya.

Rabu, November 28, 2007

MENGIKLANKAN PARITY PRODUCT

Parity product sangat banyak kita jumpai dalam kategori consumer products. Parity product adalah produk-produk me too yang biasanya ngga punya USP (nggak punya keunggulan spesifik). Bagi orang kreatif, mengiklankan suatu produk yang seperti ini akan merupakan tantangan tersendiri, sebab ia akan sangat tergantung dengan kreativitas (the HOW TO SAY) karena WHAT TO SAY nya sama aja dengan produk sejenis! Di sinilah ide yang unik dan memorable sangat dibutuhkan.


Seorang ‘dewa’ periklanan pernah mengatakan: if you can’t sell anything, sing it! Mungkin ini bisa memberikan indikasi bagaimana cara kita memperlakukan parity products. Well, tentunya kita bukan ‘ngga punya apa-apa’, tentu saja suatu produk dilempar ke pasar pasti dengan segala keungulan yang diyakini pemiliknya bisa ‘menjual’. Masalahnya, ketika ia masuk pasar, ada banyak pesaing dengan keunggulan sejenis. Contoh: AC dengan fitur plasma yang mampu membunuh virus, kuman bla…bla…bla… Nah, bila pada saat itu brand-brand lain udah mengkomunikasikanya, maka brand yang akan kita lempar ke pasar hanya akan menjadi produk sejenis, menjadi parity products.

Mengiklankan (lebih tepatnya meluncurkan) parity products itu ibarat memperkenalkan seorang kekasih yang biasa-biasa saja pada kedua orang tua kita. Yah.. apa yang dapat kita lakukan agar ia diterima dengan baik? Setidaknya, kita bisa memberikan kesan yang menyenangkan, bukan? Cari hari baik (timing strategy), mood yang baik (tone and manner) bagi kedua belah fihak, serta gunakan cara yang simpatik untuk membawanya pulang (give emotional value). Singkatnya, just try to be nice! Lebih baik lagi kalau kita bisa menciptakan sikon yang dramatis sehingga kehadiran sang kekasih ke lingkungan keluarga kita bisa menjadi suatu moment yang ‘memorable’!

Simpatik, menarik, unik, susah dilupakan, itulah criteria ide yang harus dicari guna memperkenalkan parity products secara baik!

Selasa, November 27, 2007

KRITERIA IDE YANG BAIK

Seringkali dalam review kreatif internal, anggota tim kreatif merasa frustasi lantaran ide-nya tidak juga ‘gol-gol’ alias diterima oleh CD-nya. Apa kurang kreatif? Apa kurang gila? Atau apa? Seperti apa sih ide yang dianggap ‘baik’ itu? Nah, saya akan mencoba menjawabnya walaupun mungkin CD lain punya criteria yang lain pula

Biasanya, ide yang baik akan memenuhi criteria-kriteria sbb.:
1. simple
2. unique
3. memorable
4. relevant
5. campaignable
6. original

1. Simple: Makin simple ide yang kita punya, makin mudah melakukan penetrasi ke otak audience. Sebab iklan hanya memiliki beberapa setik untuk menyampaikan pesan, sehingga perlu penyederhanaan isi pesan. Semakin sederhana isi pesan, semakin kreatif cara kita menyampaikanya. Simplicity pada hakekatnya adalah ‘strategi’ komunikasi yang kita pilih untuk kita tonjolkan di atas segala kelebihan brand dibanding pesaingnya.

2. Uniqueness biasanya juga disebut sebagai iklan dengan ide yang ‘out of the box’, different, break the rule dll. ya, tentunya. Di tengah segala gegap gempita informasi yang diterima masyarakat saat ini, maka perlu cara-cara yang unik untuk mendapat perhatian dari mereka. Ingat, iklan tidak saja bersaing dengan sesama iklan, namun juga dengan berita, gossip dan beragam informasi lain. Unik kadangkala juga dijadikan ungkapan untuk ide yang dianggap cukup ‘original’ dan fresh.

3. Ide yang baik adalah ide yang memorable, ide yang akan diingat karena keunikanya. Baik unik secara materinya itu sendiri (konsep iklannya), penempatan (strategi media), maupun perpaduan diantara semua factor (seperti media ambient dll.). Faktor ‘memorable’ ini menjadi penting ketika budget yang dimiliki bisa dibilang ‘mepet’ atau terbatas. Biasanya, iklan-iklan PSA/ILM sangat membutuhkan ide-ide yang memorable, supaya sekali lihat saja orang sudah aware dengan pesan yang disampaikan.

4. Ide yang baik adalah ide yang ‘gila’ namun tetap relevan dengan fitur produk atau benefit brand. Ide yang baik adalah ide yang ‘on strategy’, menonjolkan benefit utama yang ingin disampaikan, bukan ide yang hanya kelihatan kreatif tanpa isi. Mungkin saja iklan demikian ini diingat orang, dicintai pemirsa, jadi favorit, tapi kalau ia tak bisa menyampaikan benefit produk sesuai strategi yang telah disusun, maka ide itu bisa disebut ‘sampah’. Dalam hal ini lah saya setuju dengan Ogilvy, bahwa ide yang baik adalah ide yang ‘menjual’. Maksudnya, ya yang sesuai dengan strategi yang kita telah canangkan.

5. Ide yang baik juga haruslah ide yang bisa di 'extend into thousand of ideas!' Ide yang harus memiliki ‘core’ kuat agar bisa dikembangkan menjadi beragam series of ad. Contoh terbaik untuk iklan demikian adalah seri iklan ABSOLUT Vodka.

Senin, November 26, 2007

DARI MANA KAH SUMBER IDE??

Sungguh ini suatu pertanyaan sulit. Sesulit seperti menjawab pertanyaan: gimana sih cara mendapatkan ide? Wah. Mungkin jawabanya bisa panjang sekali, dan personal sekali. Tapi.. sungguh tak adakah cara untuk memberi 'clue' sedikiiit… saja darimana para creator iklan mendapatkan ide-ide mereka? Sungguh tak adakah cara untuk mempelajarinya?

Begini, Karena iklan adalah materi komunikasi, yang mengkomunikasikan keunggulan/manfaat produk kepada konsumenya (target audience & target market), maka semestinya ide bisa digali dari kedua arah…

1. Dari produk

Semakin banyak kita tahu mengenai produk, baik itu konsep penciptaanya, konsep penamaanya, cara membuatnya, kelebihan kekuranganya, manfaatnya, dll. dsb., maka akan semakin mudah bagi kita untuk menemukan ide. Dari pengetahuan paling sederhana hingga paling unik dari feature produk. Kalau perlu, coba dulu produk itu, istilahnya… milikilah 'experience' dengan produk itu! Sehingga kita tahu manfaat apa yang paling signifikan yang bisa kita dapatkan. Dan bukankah untuk manfaat itu pula konsumen akan membelinya??

2. Dari target market

Semakin baik kita bisa mengenali target, semakin besar kemungkinan kita bisa ‘berbicara’ dan ‘membujuk’ mereka. Kalau bisa, cobalah mendeskripsikan target secara spesifik, termasuk kepribadian, like and dislike, dream, fear, hobbies etc.

Coba bayangkan kita menjadi seperti mereka: apakah yang akan mempengaruhi mereka untuk mau mencoba dan membeli produk? Apakah saja yang menjadi pertimbanganya? Bagaimana kondisi psikologi target ketika melihat materi komunikasi kita? Apa saja media habbitnya dan kapan, serta dalam keadaan bagaimana ia menerima pesan kita? Lantas, bagaimana cara paling efektif untuk menarik perhatian serta simpatinya?
Seringkali, pengetahuan mengenai kondisi psikologi dan social target market bisa menuntun kita menemukan ide-ide yang outstanding, namun efektif. Ya.. memang belum tentu materi itu akan menang penghargaan, sebab 'creative award' seringkali hanya menilai ‘materi kreatif’-nya saja tanpa melihat bagaimana dan kapan materi itu ditayangkan.. sehingga mampu menimbulkan efek yang membahana seperti yang diinginkan.

Sebagai contoh, sebuah iklan sederhana berupa undangan (baik kata-kata maupun look-nya persis seperti undangan) untuk menghadari sebuah private exbition di suatu hotel mewah di Jatim. Yang membuat heboh, iklan itu berukuran double spread, ditaruh di halaman 2 dan 3 dari sebuah Koran terkemuka di Indonesia timur. Sebagai akibatnya, iklan ini menggeser rubrik berita utama ke halaman belakang. Pembaca banyak yang protes dan mengatakan betapa sombong brand tsb. dan sejujurnya, memang itu impact yang ingin didapatkan! Brand itu ingin di perceive sebagai barang super mewah yang hanya mampu dimiliki oleh para penguasa, yang mampu menggeser berita utama!

Dari segi materi iklan, tentulah sangat.. sangat biasa. Namun dari segi effect yang ditimbulkanya pada masyarakat Jatim... wow! Menggemparkan, persis seperti yang diinginkan penciptanya!

Jumat, November 23, 2007

Ralat dari Yani

Haryani Soenarso wrote:

Huahaha ... salah zoes.

Dulu di Lowe cuman Associate CD n aku belum jadi
dosen Prasetiya Mulya (baru usaha tetapi yang mereka cari
yang maunya itung2 an duit, boro ngobrol kreativitas
dalam komunikasi).

TY

Kamis, November 22, 2007

Kontributor baru!!

Dengan gembira, saya sharing di sini.. sebentar lagi akan ada kontributor baru, orang-orang senior di periklanan, yang mau posting di sini... antara lain (yg udah janji nih..):

Bintang Sutedja (dulu di FCB, sekarang menetap di Canada), udah mulai posting..

Hari ini, teman saya Yani Soenarso (dulu CD di Lowe, sekarang dosen UPH & Prasetya Mulya) juga mau posting. Dia memang bukan copy-based, tapi wawasannya tentang copywriting tentulah sangat layak untuk disimak!

Kemarin juga, teman saya Kumala Hutami (group head di Batesasia) sudah menyatakan kesediaanya untuk ikutan posting.

Wah, mudah-mudahan kehadiran mereka bisa memberi 'warna' baru di blog ini. Kan bosen kalo yg posting Nunu... mulu! Mgga ada warna gitu loh?? Mudah-mudahan makin banyak yang mau joint ya??? Mudah-mudahan pula blog ini bisa betul-betul membantu mereka yang ingin belajar ttg copywriting, namun ngga punya dana ataupun akses untuk itu…Amiiiin...!

Rabu, November 21, 2007

Sisi Lain Anak Iklan: Mengisi Time Sheet

Membaca tulisan Nunu yang berjudul "Bercintalah Setiap Hari", saya jadi ingat kejadian berikut ini. Di suatu agency multinasional, saya dan teman-teman kala itu diwajibkan mengisi time sheet. Oleh sekretaris General Manager, kami selalu diingatkan jauh-jauh hari, setidaknya selama hampir 7 hari sebelum akhir bulan, e-mail kami pasti diramaikan peringatan untuk tidak lupa menyerahkan time sheet pada waktunya. Tapi dasar kelakuan anak-anak departemen kreatif, kalau belum deadline, ya belum dikerjakan. Apalagi yang namanya mengisi time sheet. Nah, suatu kali, teman saya ini benar-benar dikejar harus menyerahkan time sheet-nya dalam waktu 10 menit.

Keesokan harinya dia dipanggil Bapak GM. Beliau mempertanyakan bagaimana dia bisa menghabiskan total waktu 36 jam dalam satu hari yang normalnya cuma 24 jam itu untuk mengerjakan suatu tugas? Entah si teman ini memang kreatif atau jago ngeles, dia menjawab dengan ringannya kalau itu memang waktu yang digunakannya saat menyelesaikan tugas, mulai dari mencari ide hingga eksekusi. Dia berkata, saat di kamar mandi dan sambil tidur pun, otaknya terus bekerja. Bapak GM jadi geleng-geleng kepala. Katanya, "Lain kali kalau 'ngarang time sheet yang masuk di akal.". Belakangan, teman saya ini mengaku di depan kami bahwa waktu mengisi time sheet itu dia benar-benar lupa kalau sehari itu cuma 24 jam, dia langsung main jumlah saja. Muncullah angka 36 itu. Yah.. itulah akibat dikejar deadline.

Terlepas dari kemalasan anak-anak tim kreatif mengisi time sheet, saya setuju dengan tulisan Nunu. Kita yang mencintai pekerjaan kita di dunia iklan ini pasti tidak keberatan dengan jadwal kerja yang panjang itu, 24 jam sehari 7 hari seminggu. Selama pekerjaan belum tuntas, otak kita pasti terus berputar walaupun kita sudah di rumah atau terkantuk-kantuk dalam perjalanan pulang. Belum lagi kalau harus menyelesaikan beberapa tugas dalam waktu yang hampir bersamaan, rasanya kita selalu kekurangan waktu. Stres kerap menjadi santapan harian anak iklan. Wajah-wajah jutek gampang ditemui kalau deadline sudah di hitungan menit. Saya pernah tegang dikejar deadline hingga ke dalam mimpi, terjadinya selama dua malam berturut-turut sebelum waktunya presentasi. Uuh... kalau sudah begini, sudah tidak sehat namanya!

Akhirnya saya belajar untuk membatasi diri. Kalau waktunya tidur, ya tidurlah tanpa embel-embel "halaah... gimana nih.. belum dapat ide...". Waktunya makan, ya nikmati yang benar rezeki Tuhan saat itu. Pas waktunya shalat, ya harus khusyuk, jangan 'ngebut demi kembali lagi ke meja kerja secepatnya. Ide pasti datang kok. Kata Creative Director saya dulu, makin dipaksa pasti makin terasa susah. Semua kan sudah lewat proses, jadi pasti ada saatnya muncul. Pekerjaan yang harusnya penuh cinta ini janganlah dibawa susah.

Dari hal-hal seperti tersebut di atas, saya mulai mengerti arti pentingnya mengisi time sheet untuk diri sendiri. Time sheet yang tidak asal isi alias apa adanya juga membuat kita bisa melihat cara kita bekerja sudah efektif atau belum.

Badai Otak Yuk!

Badai otak adalah istilah yang biasa saya dan teman-teman satu tim gunakan untuk berkumpul merapatkan barisan mencari ide untuk konsep iklan terbaru kami. Kadang terasa sudah berat duluan setiap mendengar, "Brainstorming time, guys!". Nah, untuk lebih membumi, kamipun menyebutnya sebagai badai otak.



Waktu badai otak biasanya juga menjadi ajang bergosip atau curhat dotcom. Namun dari ajang tersebut, malah terbetik ide-ide gila yang kemudian berkembang jadi konsep iklan. Tapi agar tidak berlebihan sehingga lupa akan tujuan semula, beberapa tahun terakhir saya menerapkan sistem mind mapping sebagai cara brainstorming. Cara ini menurut saya sangat membantu, baik untuk mencari ide iklan dan menulis artikel. Kalau Art Director biasanya memulai idenya dengan mencorat-coret gambar, Copywriter umumnya memulainya dengan kata-kata. Perlu diingat, jangan membatasi diri dengan kata-kata yang disesuaikan dengan brief di tangan. Kita harus membebaskan diri dari segala konsep.



Siapkan kertas putih besar dan spidol aneka warna, lalu mari kita bermain kata. Misalnya kata "bening". Melalui teknik mind mapping, kata "bening" bisa kita kembangkan di satu sisi menjadi "air bening", di sisi lain menjadi "mata bening". Lalu dari "air bening", kita bisa mengembangkannya lagi jadi "sumber air alami", "pegunungan", "air bersih", dan selanjutnya. Mengambil kata "pegunungan" sendiri bisa berkembang menjadi "pegunungan hijau", "reboisasi", "hutan" berkembang menjadi "hutan gundul", "hutan kayu".



Lalu dari sisi "mata bening", kita bisa kembangkan menjadi "mata anak", kata "anak" berkembang lagi menjadi "balita", "menangis", "kesepian", "tanpa dosa", "cerdas". Dan seterusnya. Kata-kata yang berkembang kemudian memang tergantung pada koleksi kata-kata Anda dan teman-teman yang terlibat dalam sesi badai otak saat itu. Percayalah, pada akhirnya Anda akan menempelkan berlembar-lembar kertas di dinding ruangan di mana badai otak berlangsung. Kalau badai otak dilangsungkan di kedai kopi, hhhmm... pintar-pintarnya Andalah menuliskan perkembangan kata-kata itu.



Bersumber dari sekian banyak kata yang berkembang itu, Anda atau salah satu teman pelaku badai otak pasti bisa terpikirkan suatu ide. Catat ide tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi suatu konsep iklan.



Mind Mapping adalah salah satu teknik badai otak yang semoga dapat membantu dan meramaikan sesi badai otak Anda. Semoga tidak membuat Anda malah terserang kram otak (meminjam istilah Iwa K). Selamat menikmati badai otak, teman-teman!





Catatan kecil:


  • Untuk mengenal mind mapping lebih lengkap, Anda bisa membaca The Mind Map Book dan How to Mind Map. Keduanya karya Tony Buzan.
  • Saya juga sering memainkan kamus Thesaurus bahasa Inggris dan mengklik situs Visual Thesaurus sebagai jumpstart pencarian kata-kata.
  • Bisa juga Anda membuat sendiri koleksi kartu yang berisi satu kata (terserah bentuk katanya) di setiap satu kartu. Kartu dikocok sebagaimana kita bermain kartu remi. Ambil satu kartu, baca dan kembangkan kata-kata berikutnya berdasarkan kartu terpilih tersebut.

Antara Dua Di

Miris juga rasanya setiap saya membaca naskah iklan Indonesia yang mengandung kata "di" semacam berikut: "... di kejar anak-anak..." atau "... dimana ditemukan...". Kadang saya berharap kalimat-kalimat tersebut hanyalah kesalahan yang mungkin luput dari kejelian sang penulis naskah saat proofreading (walaupun seharusnya jangan sampai terjadi, namanya saja sudah "proofreading"!). Tapi semakin hari, sepengamatan saya, masih banyak penulis naskah iklan muda yang kurang bisa membedakan peran "di" sebagai bentuk kata kerja pasif atau "di" sebagai penunjuk keterangan tempat.

Salah satu unsur pelajaran Bahasa Indonesia di masa sekolah yang tertanam kuat di benak saya adalah bagaimana menerapkan kata "di" dalam kalimat secara tepat. Jika kata "di" hadir bagian dari kalimat pasif berarti ia harus ditulis menyatu dengan kata kerja. Ini artinya kalimat di atas haruslah ditulis "... dikejar anak-anak...". Namun untuk menunjukkan keterangan tempat, kata "di" haruslah ditulis terpisah dari tempat yang hendak diterangkan itu. Dengan demikian, contoh kalimat di atas haruslah ditulis "... di mana ditemukan...".

Mungkin kelihatannya sepele, tapi menurut saya, pengetahuan penerapan dua kata "di" yang tepat ini harus dimiliki setiap penulis naskah iklan Indonesia. Saya selalu beranggapan penulis naskah iklan Indonesia adalah salah satu ujung tombak pemberi contoh penulisan bahasa Indonesia yang benar pada masyarakat pembaca iklan-iklan kita. Bukankah kalau kita mengaku sebagai copywriter Indonesia sebaiknya tata bahasa yang kita gunakan juga adalah yang baik dan benar?

Jadi, kalau Anda ingin menjadi copywriter Indonesia yang baik, kenalilah juga pemakaian antara dua kata di" dengan baik. Kemampuan berbahasa yang baik juga menunjukkan kualitas diri kita, bukan?

HOW TO WRITE A BODYCOPY

Waah… sebenernya, ini bagian yang paling gampang dari copywriting! Hehe… bener. Soalnya yang diperlukan di bagian ini hanyalah kemampuan untuk crafting, crafting, dan crafting aja! Once you know the ‘rule’, you can do it! So di sini saya mungkin hanya akan ‘share that rule’ aja yach!

Bodycopy atau juga disebut naskah iklan itu sendiri, sebenarnya merupakan penjabaran dari apa pun yang kita tulis di judul. Sehingga, kalimat pertama dari bodycopy haruslah mampu menjadi kalimat penyambung antara judul dengan isi iklan. Setelah itu, barulah silahkan dengan leluasa menyampaikan apa yang hendak disampaikan. Setelah itu, tutup kalimat dengan ‘call to action’.. yaitu kalimat pembujuk agar pembaca mau melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan, seperti:
“Silahkan ke kantor cabang terdekat”
“hubungi kami sekarang juga”
“mulai perhatikan sekeliling anda”
dll. dsb…

Namun ingat, dalam menulis naskah iklan, ada satu ‘peraturan wajib’ yang tak dikenali dalam seni penulisan lainnya. Yakni, gunakan bahasa yang sesingkat-singkatnya. Kata yang sependek-pendeknya. Tetap singkat, padat, namun tetap dapat menyampaikan pesan yang dikehendaki. Jadi, setiap kali setelah anda menulis naskah, lakukanlah editing, editing, dan editing! Singkat, jelas, padat, ringkas, itulah cirri naskah iklan sejati. Hilangkan kata sambung, hilangkan kata imbuhan, hilangkan kata yang tak perlu. Semakin lama anda menjadi seorang copywriter, akan semakin biasa anda mengedit. Dan akhirnya.. sulit menulis seperti seorang pujangga! Haha…
Contoh:
Berhadiah gelas cantik untuk setiap pembelian sabun X, bisa di edit menjadi:
Gratis gelas cantik tiap beli sabun X (lebih ringkas, tanpa mengurangi arti kan??)

Please dech... kita semua nyadar, bahwa iklan bukan karya seni yang ditunggu-tunggu kemunculanya. Iklan oleh banyak orang adalah ‘garbage’, ‘salesman’ yang datang tanpa diundang… langsung nangkring di hadapan kita dan mulai ngoceh. Siapa juga yang mau mendengarkan ocehan seorang salesman?? Jadi, sebisa mungkin kita berkata singkat, namun jelas; serta tetap dapat menyampaikan pesan yang kita ingin sampaikan. Kalimat yang bertele-tele dan ‘ngga penting’ hanya akan membuat iklan kita ditinggalkan.. yang pada akhirnya mubazir lah itu semua dana iklan yang telah dibelanjakan… rugi khan??

Partner saya pernah berkata: we only have 2 seconds to talk to them! Nah. Gimana dalam 2 detik itu kita menyampaikan pesan? Itulah tantangan seorang salesman! Err… maksud saya, copywriter  !

Selasa, November 20, 2007

BERCINTALAH SETIAP HARI

Halah… jangan salah dulu! Ini bukan artikel tentang seksologi, tapi teteup.. tentang copywriting. Sengaja saya ambil judul yang intriguing, biar orang tertarik…;)

Loh? Emang apa hubunganya bercinta sama copywriting? Apa bisa menambah kreativitas? Atau..apa?? Hihi..konotasi ‘bercinta’ yang saya maksud di sini bukan yang masuk kategori XXX lho, tapi yang romantis, yang hanya bisa dirasakan dalam hati.

Industri periklanan adalah bidang kerja yang penuh dengan tekanan, sehingga hanya mereka yang sungguh-sungguh mencintai pekerjaanya lah yang akan bertahan. Hanya dengan mencintai apa yang kita lakukan pula, kita takkan pernah lelah meski harus pulang malam (bahkan terkadang pagi), harus bekerja di hari libur, bahkan di hari raya! Dengan cinta pula, segala yang berat menjadi terasa ringan.

Apakah anda suka menulis? Maka hiduplah dari menulis! Bila anda bekerja di bidang yang anda cintai, maka bekerja bukanlah bekerja.. melainkan bercinta. So, bercinta lah setiap hari. Berangkat lah ke kantor dengan penuh suka cita, penuh pengharapan, penuh gairah.. seolah-olah di sana ada kekasih hati yang tengah menunggu untuk dicumbu.

Menjadi seorang copywriter berarti bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu (wuih, kayak jam operasionalnya ATM yach..). Sebab mencari ide tidaklah mengenal waktu.. dan selama ide yang oke belum ketemu, maka di sepanjang waktu itulah kita bekerja. Mungkin sambil nongkrong di café, mungkin sambil nongkrong di warteg, mungkin juga di WC. Bila kita tidak punya cukup banyak cinta pada apa yang kita kerjakan, maka matilah sudah.. hidup akan menjadi berat dan penuh beban.

Ada beberapa teman senior, yang bertanya pada saya: “Nu, loe apa ngga capek di periklanan? Gue udah sumpek..” Wah, kok saya ngga ngerasa seperti itu ya?:) Sumpek di suatu kantor, mungkin ya. Mungkin karena teman-temannya ngga asik, manajemennya ngga oke, tapi BUKAN karena pekerjaanya. Kenapa ya? Mungkin karena saya sangat mencintai apa yang saya lakukan.

Temukan cinta dalam pekerjaan anda, sebab hidup ini terlalu pendek untuk dilewatkan dalam keterpaksaan…

Senin, November 19, 2007

Dari MIlis, ttg Spot Radio

Wah..
kalo udah ngomongin spot radio, saya jadi semangat
nih. Maklum, karena kesulitan tingkat tinggi ini
justru memacu adrenalin saya.

Media Radio adalah satu-satunya di mana copywriter
jadi raja :) haha... ya iyalah.. karena di sana kita
ngga membutuhkan art director, film director, dll.
Bahkan kalo kita senang juga kerja di lapang, seorang
CW ngga membutuhkan producer pula!

Tips saya ketika menulis naskah iklan radio adalah:
focus pada 'one single message' yang hendak anda
sampaikan. Lalu tanyakan kepada diri sendiri: dengan
cara apa, pesan tunggal itu akan sampai kepada
audience?? Sampai dengan cara yang unik, berbeda,
memorable, namun tetap relevan dengan tone and manner
of the brand??

Contoh:
Pesan yang akan disampaikan adalah: Sabun X akan
mencuci pakaian putih menjadi lebih putih. Nah. Anda
harus mampu mengekstraksi pesan itu menjadi one single
message: putih. Hanya pesan tunggal itu yang perlu
anda sampaikan, dan menjadi core idea untuk
brainstorming. Kini, setiap kali anda bertemu dengan
orang, tanyakan: putih itu bagi kamu apa sih???
Mungkin ada yang menjawab: hantu, bendera tanda
menyerah kalah, awan, kapas, dll. dsb. Sekarang,
silahkan pilih: mana di antara ide-ide tsb., yang
paling menarik jika diangkat di radio? Mana yang
paling menarik jika dipindah menjadi suara? Oh,
mungkin hantu, karena hantu kan suaranya khas! Oh,
mungkin juga bendera menyerah, sebab kita bisa pakai
setting peperangan!

Proses itulah yang dilakukan tim-nya mbak Jeanny
ketika membuat series untuk iklan radio Superbusa,
yang pada akhirnya memenangkan award dari New York
Festival (atau, One Show ya mbak??)--CMIIW

Yang penting dalam iklan radio adalah:
1. usahakan memiliki opening yang kuat untuk mampu
menarik perhatian (ingat, orang mendengar radio sambil
berkegiatan)
2. jangan memakai format yang sudah overused, seperti:
slice of life (percakapan dalam berbagai situasi),
melainkan cobalah bereksperimen dengan berbagai macam
format (monolog, gabungan antara monolog dan menyanyi,
campuran dari Sound effect dengan announcer saja dll.)
Pokoknya, temukan format yang ngga biasa.
3. ulang-ulangilah USP produk sebanyak mungkin karena
orang mudah lupa
4. gunakan unexpected ending
5. buat orang bereaksi (senyum, tertawa, terharu,
dll.)

Sebenarnya, masih banyak lagi sih... tapi mungkin
sekian dulu ya. Udah sore. Semoga bermanfaat.

Nu2


--- hushtaz wrote:

> Iklan radio adalah tabungan yang bagus untuk para
> copywriter (kata
> senior saya), dan memang itu benar (sepertinya) .
> Karena iklan radio
> punya kesulitan tingkat tinggi, untuk menghadirkan
> berbagai macam
> peran, karakter, suasana, agar ngeblend dengan pesan
> dan karakter produk.
>
> Ilmu yang dibagi Mba Nunu berguna banget (thank
> you). Saya saat ini
> sedang belajar untuk menjadi copywriter yang baik
> :), dan
> "diperintahkan" untuk terus mengasah ide lewat iklan
> radio. Karena
> kadang, kreativitas copywriter saat menulis iklan
> radio stuck, ketika
> berhadapan dengan pembangunan suasana (teater of
> mind) dan menggiring
> pendengar pada satu pesan saja. Tak jarang iklan
> radio di Indonesia
> yang saya dengar hanya mengandalkan SFX aja, tanpa
> menguatkan pesan
> dan konsep cerita. Karena kurang kuatnya konsep
> cerita yang diangkat.
>
> Sebenarnya ada jurus khusus atau "mantra-mantra"
> gak, untuk menyiasati
> hal tersebut? Ketika kita menghadapi dilema, untuk
> mengurangi SFX dan
> mengangkat konsep cerita..
> (maap klo ada kata-kata yang kurang berkenan)
>
> Untuk belajar dan untuk lebih tau..
> Terimakasih sudah berbagi..!!

SLOGAN, TAGLINE, SEMBOYAN, APA SIH? PERLU NGGA?!

Tahukah anda slogan dari merk apakah ini?
“just do it”
“we try harder”
“engineered to move the human spirit”
“never leave home without it”
“tanya kenapa”
Apa yang anda rasakan, bayangkan dan tangkap dari merk-merk tersebut?
Slogan adalah product promise, brand positioning dan bahkan benefit (baik rational maupun emotional) yang ditawarkan suatu merk. Slogan adalah ‘jiwa’ dari suatu campaign, dan merupakan ide dasar dari suatu konsep komunikasi.
Nike dengan slogan ‘just do it’ memberikan emotional benefit berupa jiwa yang penuh dengan kebebasan, ngga perlu segalanya mesti difikir dulu. Itulah jiwa olahraga.
Mercedes dengan “engineered to move the human spirit” memberi gambaran, bagaimana Mercedes menghargai manusia dengan menciptakan mobil-mobil berkualitas tinggi. Kalau pada akhirnya orang membeli mercy karena suka dengan desainnya atau karena gengsi, itu lain perkara. Tapi dengan positioning itu, Mercy tampil sangat elegan karena menunjukkan visi yang lebih tinggi dari hanya sekedar menciptakan ‘vehicle’.
Suatu ide yang kuat (atau konsep yang baik) biasanya dimulai dari pembentukan slogan yang unik, memorable dan relevant dengan brand promise-nya. Contoh:
AXE dengan slogan/ide ‘the AXE effect’. Dari sini bisa ditarik puluhan, ratusan bahkan ribuan series of campaign yang menggambarkan berbagai macam efek AXE pada berbagai macam hal (tidak hanya berhenti pada efek AXE ke wanita). Oleh karena itulah muncul seri eksekusi yang menggambarkan bagaimana lambing-lambang ‘wanita’ menjadi tertarik pada lambing-lambang ‘pria’ seperti: patung kue penganting pria diserbu oleh banyak patung pengantin wanita, dan ‘colokan listrik’ (cowo) dikerubuti oleh banyak ‘steker’(cewe). Dll. dsb.
Beberapa orang tak menganggap bahwa slogan itu perlu, dan hal ini sah-sah saja. Marlboro tak memiliki slogan yang cukup memorable namun ia memiliki icon cowboy dan dunia cowboy yang sangat lekat dengan brand-nya. Ok saja tuh… tapi seberapa banyak bentuk komunikasi seperti ini Makan waktu berapa lama untuk establish?
Masyarakat Indonesia sangatlah verbal, menyukai joke dan senang memelesetkan kata-kata, termasuk jargon iklan. Sebuah slogan yang unik dan memorable akan sangat membantu mengangkat awareness brand, apabila ia baru saja diluncurkan.
Kasusnya akan berbeda ketika brand itu sudah sangat mature dan bahkan membuat para kreatornya ‘mati gaya’. Mungkin saja untuk brand-brand seperti ini slogan tak lagi diperlukan.

Jumat, November 16, 2007

THE MAGIC OF CREATING RADIO SPOT

Menulis script iklan radio adalah pekerjaan yang paling menantang! Kenapa? Ada berbagai macam alas an, a.l.:
- Karena marketnya yang sangat cluttered!! Entah berapa ribu macam radio spot yang saat ini tayang di seluruh penjuru Indonesia, berapa versi, berapa gaya dan berapa macam bahasa daerah yang digunakan. Hal ini memaksa kita untuk bisa menemukan ide-ide baru dan segar yang sangat sulit dicari celahnya di antara rimba belantara iklan spot radio!
- Iklan radio hanya melulu bertumpu pada kekuatan suara, bandingkan dengan iklan TV yang memadukan sensasi visual plus suara, serta iklan cetak yang orang bisa menikmati gambar, sekaligus menikmati ‘suara’ yang diwakili oleh kata-kata
- Kebiasaan orang mendengarkan radio sambil melakukan sesuatu hal yang lain, seperti bekerja, memasak, belajar, menyetir, dll. Sehingga hal ini menjadi tantangan sendiri. Bagaimana mencuri perhatian mereka yang memang telah terbagi itu? Bandingkan dengan iklan cetak, di mana orang memang secara khusus sedang ingin membaca, dan secara mental telah siap menyantap segala informasi yang dihidangkan lewat bacaan itu!

Untuk bisa membuat spot iklan radio yang baik, kita harus mempertimbangkan hal-hal tsb. di atas yang merupakan kelemahan-kelemahan media radio. Namun, hingga era internet seperti ini media radio masih bertahan sebagai media komunikasi massa karena sesungguhnya ia memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri. Kelebihan itu a.l.:
- bersifat personal
- lebih imajinatif
- murah produksi, murah biaya tayang
- memilik penggemar yang sangat loyal
- demografi tertentu
- target audience-nya sangat spesifik
- lebih bebas untuk berkreasi karena pengawasan yang relative lebih lemah (karena ter-desentralisasi)

Selain itu, tentu kita harus ikuti segala ‘peraturan’ tentang the art of copywriting seperti: simple, single minded, out of the box, relevant, hingga ‘breaking the rule’ itu sendiri!

Horeee! Jum'at bisa posting juga! Phew!!

Kamis, November 15, 2007

HOW TO DEVELOP A CONCEPT

Apakah yang disebut ‘konsep’ itu? Bisakah ia diraba dan atau digambarkan serta dirasakan? Mengapa ia menjadi begitu penting, sehingga para juri di berbagai lomba kreativitas iklan memberinya porsi hingga 40% untuk bobot ‘konsep’ itu sendiri? Lalu apa bedanya konsep dengan ide?

Seorang teman memberikan definisi sebagai berikut: konsep adalah pemikiran menyeluruh mengenai sebuah pemecahan masalah, dan ide hanyalah merupakan salah satu komponen di dalamnya.

Saya sendiri memberi definisi bahwa konsep adalah sebuah pemikiran terpadu dan menyeluruh, guna menjuju kepada suatu tujuan tertentu.

Apa pun definisi yang anda percaya, namun tentunya lebih penting lagi untuk mengetahui, bagaimanakah cara menyusun suatu konsep? Apa gunanya juga? Kenapa konsep ini menjadi begitu penting?

Kemampuan untuk menyusun konsep bagi seorang copywriter biasanya sangat tergantung dari ‘jam terbang’ yang ia miliki, variasi kategori produk yang pernah ia tangani, dan tim seperti apa yang pernah menjadi rekan kerjanya; sebab hal ini akan mempengaruhi cara dia berfikir.

Untuk bisa menyusun konsep, maka diperlukan product knowledge serta target audience knowledge yang cukup mendalam. Pengetahuan mengenai karakter kategori produk, plus peta persainganya juga sangat berpengaruh dalam penyusunan konsep. Misalnya, mereka yang pernah memegang account otomotif tentu tahu, bahwa gambar produk harus besar karena market Indonesia sangat terpengaruh oleh model. Karena itu, ia tak akan menghabiskan waktunya untuk membuat materi komunikasi yang di luar batasan-batasan tsb.

Untuk menentukan konsep apa yang kuat (baik) bagi suatu segmen masyarakat tertentu, dibutuhkan pengalaman dan pengetahuan yang luas, sehingga biasanya perlu bantuan para senior untuk bisa menyusun konsep yang baik.

Beberapa agency memiliki criteria tersendiri untuk menilai apakah itu yang disebut dengan konsep yang baik, tapi biasanya konsep yang baik itu memenuhi persyaratan seperti : simple, single minded, unique, relevant, campaignable

Artikel sebelumnya, yg berjudul ‘a shortcut to ideas’ mungkin bisa memberi pencerahan, tentang bagaimana cara mudah untuk menyusun suatu konsep iklan. Berikut adalah contoh print ad yg saya bahas dalam artikel tsb: iklan Panadol.

Rabu, November 14, 2007

BOLEH CUEK.. TAPI TETAP MENYIMAK!

Anak-anak di kantor heran ketika saya tahu trend-trend lagu yang lagi nongkrong di MTV ampuh. Tambah heran ketika mereka tahu saya punya file mp3-nya. Sementara saya juga heran, gimana mungkin mereka ngga tahu sesuatu yang sedang hot di TV, di radio-radio, bahkan di kalangan anak muda? Bukan saja karena anak-anak creative di kantor memang masih muda, namun bukankah mereka berada di industri kreatif? Bagaimana bisa out of dated ???

Untuk menjadi kreatif, otak kita harus mendapat informasi sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya. Kita harus menyimak, memperhatikan, mengikuti, apa pun yang sedang terjadi di sekitar kita. Tak perduli apa pun batasanya. Sebab ketika kita menggali ide, kita harus membongkar seluruh isi otak kita, seluruh pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang kita miliki. Nah, kalau kita tak pernah mengisinya, apa yang mau kita gali???

Mencari pengetahuan tidaklah perlu memiliki alasan. Saya selalu percaya bahwa setiap pengetahuan – seremeh apa pun itu – suatu saat pastilah akan menjadi sumber ide.

Pernah juga suatu kali, seorang AE menjerit ketika menemukan tabloid Nova di mobil saya: “Aduh…! Ngga pantes banget sih mbak Nunu, baca ginian???”
So?? Apa salahnya kalau saya ingin mengetahui apa yang disenangi ibu-ibu rumah tangga? Apa yang lagi hot di tengah mereka? Bahasa seperti apa yang mereka gunakan? Logika seperti apa yang mengalir di otak mereka? Iklan apa saja yang dipasang di situ? Bisnis apa yang hot di kalangan mereka? Saya bahkan membaca iklan barisnya! Apa saya memerlukan alasan logis untuk membacanya? Saya hanya ingin tahu. Untuk apa… entahlah. Tapi, suatu saat pasti berguna.

Seringkali ketika membantu writer membuat judul, mereka terkejut dan bilang:”wah, kok bisa kepikiran seperti itu ya?” Mungkin, itulah gunanya memenuhi otak dgn segala yang kelihatan ngga penting tadi! Ia tiba-tiba bisa meloncat keluar ketika diperlukan.

Seorang writer saya setiap hari selalu membuka situs ads of the world, dan yang lainnya selalu menyimak contoh-contoh iklan yang menang award dari seluruh dunia. Ngga apa juga sih… tapi hal ini membuat saya berfikir… jangan-jangan kita cenderung menjadi plagiator karena kebanyakan referensi iklan? Sehingga otak kita dipenuhi dengan iklan-iklan luar, yang pada akhirnya menjadi sumber ide – karena ia tenggelam jauh di bawah sadar kita – dan melahirkan output yang nyaris sama? Apakah karena itu, sulit sekali bagi kita untuk menjadi original? Dan apakah karena itu pula, copywriter jaman dahulu - yang relative sulit mengakses iklan dari luar- bisa lebih ‘Indonesia’ ketika menciptakan kata-kata? Slogan jadul seperti “Terus Terang, Philips Terang Terus’ … terasa sangat Indonesia, sampai-sampai ngga bisa di inggrisin!

Selasa, November 13, 2007

Halo, Thanks & Sorry too...

Halo Soyuz, Bintang, Aryo, dork...

Makasih buat Soyuz yg udah ngasih jawaban postingan aku berjudul "tolong dong" n udah berhasil aku setting ulang! Horeee! Jadi, akan ada senior ad people lain yg posting di sini, yg akan ikut-ikut sharing ilmu mereka.

Halo Bintang! Kamu udah bisa mulai posting! Pakai aja email kamu yg aku kenal Ya??

Halo Aryo & dork, aku senang kamu mampir. Selamat pagi dork..(habis, bukanya baru pagi-pagi:) Aku juga udah mampir di blog kalian. Waah.. ternyata banyak juga ya anak desain yg menyimak?? Soyuz juga anak desain tuh. Kalau dork kayaknya hobby nulis ya?

Sorry aku ngga bisa mbales pake kolom 'Nunu menjawab' nih. (aduh, ketahuan gaptek lagi...!) Jadi pake postingan aja ya?

Silahkan kalau ada yg mau ditanya... sebisa mungkin aku akomodasi!

A SHORTCUT TO IDEAS

Pemain pemula di tim kreatif seringkali merasa kebingungan ketika mulai membuat suatu campaign. Dari mana harus mulai? Apa yang harus dilakukan? Apakah langsung membuat scetch, storyline dan script? Atau bagaimana?
Dalam review pertama, seringkali finished script belum lah diperlukan! Sebab yang lebih penting adalah ide, ide dan ide! Konsep dan konsep! Nah masalahnya, binatang apa sih konsep itu??? Kok diributin amat??

Seorang teman memberikan definisi yang cukup baik mengenai konsep: pemikiran terpadu (thorough thinking) untuk penyelesaian masalah. Hihi.. mungkin temen saya itu orang yang melihat bahwa hidup ini penuh dengan problema, sehingga selalu perlu solusi. Tapi menurut saya, konsep itu juga bisa berarti ‘pemikiran terpadu untuk menuju ke suatu tujuan tertentu’ (certain objective).
Apa pun definisinya, yang penting bagi praktisi adalah: gimana mencarinya? Apa tips dan tehnik untuk mencipta konsep? Nah, mungkin urutan ini bisa menjadi clue yang membantu:
1. biggest issue against the brand
2. concept statement
3. slogan crafting
4. campaign idea to convey

Urutan pertama adalah analisa, yang biasanya dilakukan dengan sangat komprehensif (oleh client service dept.) dengan analisa SWOT dll. dsb. Ya emang perlu sih. Tapi cobalah kita tangkap esensinya saja, coba tangkap isu terbesar yang dirasakan oleh konsumen pada saat itu. Itulah yang dilakukan oleh Neil French ketika mengkomunikasikan Panadol. Ia hanya peduli dengan isu yang berkembang saat itu: di mana orang harus menelan dua pil aspirin sekaligus untuk menghilangkan sakit kepala; fakta yang membuat orang seringkali berfikir..’kenapa sih ngga membuat obat yang lebih ampuh, sehingga kita tak perlu menelan dua pil?’ Nah, itulah yang dilakukan Panadol: menciptakan formula khusus agar orang cukup menelan satu pil saja.

Yang kedua, yakni pembuatan concept statement, ini sebenarnya hanyalah bentuk pemikiran kita, yang nantinya harus di implementasikan dalam berbagai materi. Statement ini kurang lebih juga merupakan cerminan dari strategy yang dipilih, yakni yang merupakan WHAT TO SAY brand.
Cara paling indah, tajam, dan kelak sangat bermanfaat bagi kampanye brand adalah penciptaan slogan yang memorable and unique. Untuk contoh kampenye Panadol, French menggunakan slogan yang sangat sederhana: one is enough. Ya, slogan memang seharusnya menjadi cerminan paling sederhana dari positioning brand (lihat artikel 10).

Setelah itu, ide eksekusi deh… apa saja sih cara yang paling unique and memorable untuk menyampaikan pesan ‘one is enough’ pada saat itu di tempat itu? Di sinilah kepekaan dan wawasan insan kreatif diperlukan. Mr French dengan jeli memotret slogan ‘one is enough’ itu dengan menampilkan sosok mirip George Bush dan anaknya, (lihat gambar di pojok kiri) yang sedang menggemparkan dunia dengan serangan ke Irak dan Afghanistan itu. Jadilah sebuah iklan yang simple, mengundang senyum, namun juga menyampaikan pesan produk secara sangat jelas: one is enough. Phew!

Senin, November 12, 2007

Tolong dong!

Saya baru saja menerima email dari seorang rekan dari Canada, yg dulunya juga CW di LIntas (Lowe). Dia ingin membagi juga ilmunya ttg copywriting melalui blog ini, tapi 'ngga bisa posting' katanya. Wah, ada yg bisa bantu ngga ya? Secara saya sendiri gaptek berat nih.

Oh ya! FYI, saya hanya bisa posting di hari kerja saja; sebab weekend sepenuhnya untuk keluarga, jadi ngga ada acara ngetik di depan komputer dech. Nah.. yg pada protes krn saya ngga nulis di hari Jum'at - Minggu; maaf ya...

CREATING BRAND NAME

Seringkali client meminta 'agency' atau 'marcomm concultant' untuk membuatkan nama bagi produk mereka. Menciptakan nama, sepertinya sangat mudah. Tapi benarkah? Apa saja yang perlu dipertimbangkan? Adakah logika di sana? Ataukah semua hanya berbekal pada feeling? 'Like and dislike'?

Subyektivitas, memang tak sepenuhnya bisa dihilangkan, begitu pula 'like and dislike'. Seperti itulah kehidupan, bukan? Tapi, sebagai CW, tentunya kita harus mengusulkan nama yang rational, yang memiliki visi, asal-usul dan relevansi dengan produk.

Seperti setiap pekerjaan dalam dunia periklanan, kita harus mengetahui latar belakang mengapa produk itu akan dibuat, siapa targetnya dan apa tujuanya. Setelah itu kita harus pelajari peta persainganya di pasar. Nama seperti apa saja yang sudah digunakan dalam kategori produk yang sama? Jangan lupakan 'tone and manner' yang harus dijaga agar sesuai dengan karakter produk. Kalau perlu, masukkan juga konsep produk dalam criteria penamaan.


Sebuah penamaan, kadangkala dipengaruhi juga oleh problematika spesifik yang terjadi di pasar pada saat itu. Misalnya, suatu property yang tidak laku, kemudian dirubah nama serta konsep produknya agar bisa di re-'launch' dan dilirik pasar.

Jadi, alternative pemberian nama bisa diambil dari segala arah, seperti:
1. product content/ingredient
2. product concept
3. product location
4. product vision and mission
5. specific problem
6. customer’s dream
7. customer’s preference
8. market competition
9. random

Jangan pernah takut untuk membuat nama-nama yang aneh. Lebih baik membuat dulu ratusan nama, termasuk nama aneh, baru kemudian diedit menjadi beberapa puluh atau belasan untuk di 'present' ke client; daripada langsung membatasi diri pada saat pencarian nama. Ingat, otak kita tidak bisa diajak berfikir dengan dua system secara bersamaan. Ketika otak kita sedang kita ajak untuk berfikir kreatif, maka lepaskanlah sisi otak yang selalu berfikir logis dan kritis. Akan ada saat di mana fikiran logis dan kritis itu digunakan. Lebih baik membuat name studies sebanyak-banyaknya lalu minta partner atau boss anda untuk menseleksi dan memilih. Cara demikian akan menstimulir otak kita untuk menjadi lebih kreatif dan mampu menemukan ide-ide baru yang segar.

Kamis, November 08, 2007

TERIMAKASIH

Terimakasih atas semua komentar, saran, kritik, dan cubitan yang diberikan kepada saya; baik yang dialamatkan ke blog ini, maupun yang japri ke email. Makasih semuanya!

Insyaallah permintaan mengenai issue'how to write a copy' akan saya usahakan diposting secepatnya ya!

Kemarin saya memilih postingan ttg "CW yang ok" krn ada keluhan seorang penulis muda di milis, yg katanya udah jago nulis tapi ngga pernah diterima sbg CW. What's wrong? Saya harap postingan itu bisa menjawab (sedikit) pertanyaan2 spt ini (yg saya yakin banyak).

Saya percaya di luar sana masih banyak calon-calon penulis, yang memiliki bakat dan hasrat besar untuk menjadi CW. Cuma, belum ketemu caranya saja. Nah, saya harap saya bisa memberi secercah cahaya untuk mereka, dgn menyumbangkan pengetahuan saya selama 17 th di bidang copywriting ini.

Saya memang selalu menganggap diri saya sebagai seorang copywriter, meskipun orang pernah mempercayai saya sebagai GM, CD, atau apa lah... semua itu hanya title yg menggambarkan besarnya tanggung jawab yg harus dipikul saja. Namun jauh di dalam hati, saya tetaplah selalu menjadi seorang copywriter sejati yang menikmati hari demi hari dalam pekerjaan saya. Menikmati brainstorming... menikmati presentasi... menikmati deadline. Hmmm... indahnya bekerja di bidang yang kita cintai! Semoga anda semua yg berkunjung ke blog ini juga bisa menikmati bekerja seperti cara saya menikmatinya.

Bukankah indah ketika kita bisa membagikan keindahan?

Rabu, November 07, 2007

COPYWRITER YANG OK, SEPERTI APA SIH?

Saat ini, banyak sekali Creative Director yang kesulitan mencari copywriter yang baik. Masalahnya, seperti apa sih copywriter yang dianggap baik itu?

Saya menanyakan pendapat teman-teman kreatif senior yang saat ini tersebar di beberapa agency seperti ONM, Dentsu, Bates, Lowe, TBWA dll. dan feed back yang saya dapat bermacam-macam, mulai dari segi kemampuan hingga segi attitude.

Dari segi kemampuan, seorang copywriter yang baik tentulah memiliki wording power yang baik. Maksudnya, kemampuan dia dalam mengolah dan merangkai kata. Beberapa orang menyebutnya sebagai ‘crafting’. Hampir semua copywriter yang baik memiliki gaya penulisan yang indah dan unik. Mampu mengutak-atik kata dengan cerdik. Ciri-ciri awal dari copywriter seperti ini adalah mereka mempunyai kemampuan menulis puisi, cerpen, hingga lirik lagu yang cantik. Ini adalah modal besar yang (pada kenyataanya) tak semua copywriter memiliki kemampuan demikian. Ya, ada bakat di sana.

Tapi, tak semua penulis dengan kemampuan crafting yang baik bisa berkembang menjadi copywriter yang baik. Kenapa? Karena masih banyak lagi kriteria yang harus dipenuhi. Maklum, ‘seni’ menulis naskah iklan sangat berbeda dengan seni menulis fiksi atau puisi, misalnya. Karena berada di dunia periklanan adalah berada di dunia amphibi: ada diantara dua dunia, yakni dunia bisnis yang penuh perhitungan serta serba logis, dan dunia seni yang mengedepankan keindahan serta intuisi (CMIIW).

Biasanya, dari segi kemampuan ini saya menggolongkan menjadi 3C, yakni crafting, creativity dan conceptual thinking. Jadi jelas, selain kemampuan untuk mengolah kata, juga diperlukan kemampuan untuk berfikir kreatif serta pengetahuan mengenai konsep.

Creativity atau kadar kreativitas seseorang bisa ditingkatkan, dipupuk, ditumbuhkan. Sebab, IMHO kreativitas adalah attitude. Ia lebih dari sekedar bakat. Ia adalah sikap yang harus dipupuk, dikembangkan dan dibiasakan. Ia harus diajarkan dan ditanamkan sejak usia dini. Sebab kreativitas sangat berhubungan dengan sikap dan pola pendidikan dasar manusia. Saat ini banyak sekali tehnik-tehnik yang dikembangkan untuk meningkatkan daya kreativitas manusia. Para peneliti pun sudah melakukan berbagai penelitian mengenai system kerja otak yang berhubungan dengan kreativitas ini. Coba search dengan kata ‘creative thinking’ dan anda akan menemukan banyak sekali web yang mengajarkan mengenai kreativitas. Masalahnya, kreativitas bukan hanya pengetahuan.. namun juga adalah sikap! Karena itu, untuk menjadi lebih kreatif, kita perlu banyak bergaul dengan orang-orang yang memiliki sikap kreatif dan mendukung kita menjadi lebih kreatif! Tanpa itu, pengetahuan mengenai tehnik kreatif hanya ada di dalam memori kita.

Selasa, November 06, 2007

CREATING HEADLINES

Again and again and again and again….
Hari ini writerku membuat headline yang ngga tahu ke mana juntrunganya! Padahal aku udah sering bilang berkali-kali, bahwa hanya ada dua macam headline!
Headline which explain everything
Intriguing headline

Tergantung pada tujuan kita. Kalau kita ingin audience membaca bodycopy, kalau kita punya banyak hal untuk diterangkan, maka gunakan intriguing headline. Headline yang bikin orang ‘gatal’ kalau ngga baca penjelasanya. Seni menulis headline seperti ini contohnya banyak, seperti:

“People don’t read long copy anymore, here’s the reason why….”
“Kembali ‘perawan’ tanpa biaya”
“Tukang bajaj diculik Alien”

Coba rasakan, bagaimana judul-judul itu membuat kita ingin tahu dan membaca lebih jauh. Pemilihan kosa kata serta gaya berbicara bisa banyak sekali, tergantung dari psikografi target audience kita, jenis produk, dan kondisi poleksosbudhankam saat itu.

Nah, kalau kalau tidak – dan ini sering – lebih baik gunakan headline yang langsung aja, yang menerangkan apa yang kita maksud. Headline yang membuat orang ‘ngeh’ dalam waktu 2 detik! Itulah the magic of creating print ad.

Ada banyak argument kenapa headline tipe ini paling sering digunakan:
karena orang Indonesia belum punya ‘reading habit’ yang tinggi
karena iklan hanya punya 2 detik untuk memberi informasi, dengan argument: orang membaca Koran/majalah/tabloid adalah untuk membaca artikel, dan iklan adalah materi yang datang tanpa diundang sehingga cenderung dilewatkan, sehingga dia harus bisa mencuri perhatian, mencuri waktu, dan mampu menerangkan apa serta siapa dia dalam waktu kurang dari lima detik!

Jadi, manakah headline yang anda suka?
Menulis untuk materi komunikasi pemasaran bukan maslah suka dan tidak suka, namun masalah mana yang lebih efektif untuk produk dan target tertentu!